Logo ABC

Misionaris Berkeliling Dunia Sebarkan Ajaran Agama, Risiko Bisa Mati

Derek Brotherson mengajarkan Injil selama 10 tahun penugasannya sebagai misionaris di Asia Tenggara. (Supplied: Derek Brotherson)
Derek Brotherson mengajarkan Injil selama 10 tahun penugasannya sebagai misionaris di Asia Tenggara. (Supplied: Derek Brotherson)
Sumber :
  • abc

Sebelum bertugas, Derek sendiri telah menghabiskan waktu tiga tahun di SMBC, mempelajari prinsip-prinsip umum misi lintas budaya.

Dia bahkan mendapatkan pelatihan yang lebih spesifik, termasuk mempelajari sistem kesehatan di negara tujuan, membuat rencana untuk membantu korban gempa bumi dan paket darurat, serta keamanan.

Derek menghabiskan waktu setahun belajar bahasa dan budaya negara yang akan dia tuju.

"Jika kita ingin memberikan dampak positif, dibutuhkan banyak kearifan lokal yang baik serta penguasaan bahasa dan budaya," katanya kepada ABC.

"Kami bukan berusaha berbagi budaya kami. Kami berusaha untuk membawa pesan Alkitab," kata Derek.

Seorang psikolog, Sarah Piper, berpendapatpelayanan pastoral atau dukungan emosional sangat penting bagi misionaris yang bekerja di lingkungan yang sulit.

Sarah bekerja di Australia Missions Interlink untuk mendukung misionaris di lapangan dan mereka yang kembali dari tugasnya.

Dia menjelaskan di mana pun orang bepergian selalu ada risiko trauma.

Pekerjaan misionaris dapat memicu isolasi dan pada dasarnya membuat orang terkejut dengan budaya baru.

Sarah mengatakan sebagian besar kliennya mengalami depresi dan kecemasan akibat peristiwa traumatis.

Menurutnya, sebagian besar organisasi misionaris sebenarnya telah menyediakan "pelatihan semaksimal mungkin, namun hal itu tak selalu mempersiapkan seseorang untuk menghadapi segala risiko".

Bagaimana misionaris menghitung persamaan risiko versus imbalan?

Direktur Pusat Kekristenan Publik Simon Smart setuju persiapan dan dukungan untuk misionaris sangat bervariasi.

"Organisasi misionaris yang sangat serius biasanya melatih seseorang selama bertahun-tahun dalam studi bahasa dan budaya. Tapi ada juga yang tidak melakukannya sama sekali,” katanya.