Logo BBC

Kisah CEO Tunanetra: Dulu Diremehkan, Kini Punya Perusahaan Rp1 T

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Meski jauh dari orang tuanya, Srikanth bersemangat dan cepat beradaptasi. Dia belajar berenang, bermain catur, dan bermain kriket dengan bola yang mengeluarkan suara berderak sehingga dia bisa menemukannya. "Kuncinya pada tangan dan telinga," ungkapnya.

Srikanth menikmati hobinya itu tetapi juga mulai bertanya-tanya tentang masa depannya. Dia selalu bermimpi menjadi seorang insinyur dan tahu dia perlu belajar sains dan matematika untuk mewujudkannya.

Ketika saatnya tiba, dia memilih mata pelajaran penting itu tetapi sekolahnya mengatakan "tidak", dan memberitahunya bahwa itu ilegal.

Sekolah-sekolah India dikelola oleh beberapa badan, masing-masing dengan aturannya sendiri. Beberapa berada di bawah pemerintah negara bagian atau dewan pusat, yang lain dikelola swasta.

Sekolah Srikanth dikelola oleh Dewan Pendidikan Negara Bagian Andhra Pradesh dan, dengan demikian, tidak diizinkan untuk mengajar sains dan matematika kepada siswa senior yang buta karena dianggap terlalu menantang dengan elemen visualnya, seperti diagram dan grafik.

Maka, mereka hanya boleh belajar seni, bahasa, sastra, dan ilmu sosial.

Saat itu tahun 2007 dan Srikanth frustrasi dengan aturan itu, yang sewenang-wenang dan tidak sama untuk semua sekolah. Salah satu gurunya, Swarnalatha Takkilapati, juga frustrasi dan mendorong siswanya untuk bertindak.

Mereka berdua lalu pergi ke Dewan Pendidikan Menengah di Andhra Pradesh untuk mengajukan permohonan, tetapi malah diberitahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan.

Pantang menyerah, mereka mendapat seorang pengacara dan, dengan dukungan dari tim manajemen sekolah, mengajukan permohonan ke Pengadilan Tinggi Andhra Pradesh dengan meminta perubahan atas undang-undang pendidikan yang membolehkan siswa tunanetra belajar matematika dan sains.

"Sang pengacara memperjuangkannya atas nama kami," kata Srikanth, jadi dia tidak perlu hadir di sidang pengadilan.