Tewaskan 10 Orang di Buffalo, Pembunuh Bermotif Kebencian Rasial

Para penyintas usai penembakan brutal di supermarket di Buffalo, New York
Sumber :
  • AP Photo/Joshua Bessex

VIVA – Seorang pria kulit putih berusia 18 tahun menembak 10 orang hingga tewas dengan senjata berat pada Sabtu 14 Mei 2022, di sebuah toko kelontong Buffalo, New York masih memberikan efek mencekam di wilayah tersebut.

Polisi Ditemukan Tewas di Mampang Jaksel dengan Luka Tembak di Kepala

Serangan tersebut diduga serangan bermotif kebencian rasial yang disiarkan langsung di depan kamera, menurut pihak berwenang.

Melansir dari The Korea Times, Senin 16 Maret 2022, pria bersenjata itu mengenakan pelindung tubuh dan helm. Dia ditangkap setelah melakukan aksinya di toko kelontong, kata Komisaris Polisi Buffalo Joseph Gramaglia saat konferensi pers.

Tersangka Penembakan di Bandara Kuala Lumpur Coba Kabur dari Malaysia dengan Identitas Palsu

Gramaglia menyebutkan 10 orang tewas dan tiga luka-luka. Sebelas korban dari insiden pada Sabtu, 14 Mei 2022 waktu setempat tersebut adalah warga Afro-Amerika.

Pria bersenjata itu menembak empat orang di tempat parkir Supermarket Tops, tiga diantaranya tewas, lalu sisanya masuk ke dalam dan pelaku terus menembaki.

Seorang Pendeta Ditikam saat Sedang Pimpin Upacara Ibadah di Sebuah Gereja

Di antara mereka yang tewas di dalam toko adalah seorang polisi yang bekerja sebagai penjaga keamanan senjata.

“Penjaga mencegah tersangka namun tersangka melepaskan beberapa tembakan dan menembaknya lagi,” kata Gramaglia.

Dia menambahkan bahwa ketika polisi tiba, pelaku menodongkan pistol ke lehernya, dia dibujuk dan akhirnya menyerah.

Stephen Belongia, agen khusus yang bertanggung jawab atas kantor lapangan Buffalo FBI mengatakan saat konferensi pers bahwa penembakan itu sedang diselidiki sebagai kejahatan kebencian.

“Kami sedang menyelidiki insiden ini sebagai kejahatan rasial dan kasus ekstremisme kekerasan bermotivasi rasial,” ujar Belongia.

Sheriff Erie County John Garcia menggambarkan serangan itu sebagai kejahatan murni.

“Itu adalah kejahatan kebencian bermotif rasial dari seseorang di luar komunitas kami,” katanya.

Ketika ditanya informasi apa yang membuat pihak berwenang menyebut serangan itu sebagai kejahatan rasial, Jaksa Wilayah Erie John Flynn mengatakan bahwa mereka memiliki bukti yang menunjukan adanya permusuhan rasial. Namun, dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.

Media Amerika Serikat (AS) telah melaporkan bahwa para pejabat sedang menyelidiki manifesto terperinci yang diunggah online sebelum penembakan.

Unggahan tersebut merekam bagaimana tersangka menguraikan rencananya dan motivasi rasial untuk serangan itu.

Mengutip dari manifesto, New York Times melaporkan tersangka telah terinspirasi oleh tindakan kekerasan kulit putih termasuk pembantaian 51 muslim di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019 lalu.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya