Swedia Dilanda Panic Buying Hingga Ketakutan Massal

bendera swedia
Sumber :
  • Pixabay

Stockholm – Pemerintah dan militer Swedia mendesak warganya untuk bersiap menghadapi perang. Pernyataan itu lantas memicu ketakutan di kalangan masyarakat hingga panic buying di pusat perbelanjaan.

Aksi Solidaritas untuk Palestina di AS Dapat Apresiasi dari Warga Gaza

Tak sedikit pula statement pemerintah memicu perdebatan sengit di negara Nordik tersebut. Meskipun Swedia telah menyumbangkan pasukannya untuk misi penjaga perdamaian internasional, negara tersebut belum terlibat langsung dalam konflik bersenjata sejak era Napoleon.

Oleh karena itu, realitas perang adalah hal yang asing bagi sebagian besar orang Swedia. “Mungkin akan terjadi perang di Swedia,” kata Menteri Pertahanan Sipil Swedia, Carl-Oskar Bohlin, pada konferensi pertahanan tahunan pada 7 Januari lalu.

Mirip Punya Rusia, Drone Bunuh Diri Iran Keliaran dalam Operasi Nabi Besar

Menteri Pertahanan Sipil Swedia, Carl-Oskar Bohlin.

Photo :
  • Claudio Brescani/TT.

Dilansir dari The Straits Times, Rabu, 17 Januari 2024, beberapa hari kemudian, sentimen serupa juga disampaikan oleh Komandan Angkatan Bersenjata Swedia Micael Byden, yang menunjukkan gambar rumah-rumah yang terbakar dan dibom di Ukraina.

Menlu Ukraina sebut Putin ‘Hewan Politik’ yang Bisa Merasakan Rasa Takut

“Apakah Anda yakin ini mungkin Swedia?," Jenderal Byden bertanya kepada hadirin, kemudian menjelaskan bahwa pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan retoris.

“Perang Rusia melawan Ukraina adalah sebuah langkah, bukan tujuan akhir, dari ambisi membangun wilayah pengaruh dan menghancurkan tatanan dunia yang berbasis aturan,” tambahnya.

Mengakhiri dua abad netralitas dan ketidaksejajaran militer, Swedia lantas mengajukan permohonan untuk bergabung dengan NATO pada Mei 2022 lalu, setelah invasi Rusia ke Ukraina, meskipun tawaran tersebut saat ini ditahan oleh Turki dan Hongaria.

Pada awal Desember, Stockholm dan Washington menandatangani perjanjian yang membuka jalan bagi pasukan AS untuk beroperasi di Swedia.

Jenderal Byden kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa Swedia perlu mempersiapkan mental untuk perang. Pernyataan tersebut disebarkan secara luas melalui outlet berita dan media sosial.

Selanjutnya, kelompok hak asasi anak Bris mengatakan bahwa mereka melihat adanya peningkatan nyata dalam panggilan hotline bantuan dari anak-anak yang khawatir akan kemungkinan perang yang akan datang.

“Banyak anak sudah memiliki tingkat kecemasan yang diperburuk oleh berita ini,” kata Magnus Jagerskog, sekretaris jenderal di Bris, dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa pandemi COVID-19, perang di Ukraina, dan yang terbaru Gaza sudah membuat takut anak-anak.

Jaringan toko juga melaporkan peningkatan tajam pembelian barang-barang yang terkait dengan krisis, seperti radio darurat, jerigen, dan kompor kemah, yang mengakibatkan rak-rak di beberapa toko kosong.

Ilustrasi belanja/supermarket.

Photo :
  • VIVA/Adinda Permatasari

Komentar tersebut juga memicu perdebatan di Swedia mengenai seberapa besar kemungkinan terjadinya konflik skala penuh di Swedia, atau apakah peringatan tersebut hanya sekedar menyebarkan rasa takut.

“Ini adalah situasi yang serius tetapi penting juga untuk memperjelas bahwa perang tidak akan segera terjadi,” ucap pemimpin Partai Sosial Demokrat dan mantan perdana menteri Magdalena Andersson.

Dalam sebuah opini di surat kabar Dagens Nyheter, komentator sayap kiri Goran Greider mengatakan dia yakin komentar komandan tersebut mengungkapkan sebuah kerinduan rahasia untuk akhirnya menguji kekuatan tempur Swedia.

Dia juga mengatakan pesan sebenarnya lebih mungkin: “Beri kami lebih banyak uang.”

Sementara itu, di Rusia, pernyataan mengerikan Swedia ditanggapi dengan cemoohan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya