Sumber :
- REUTERS/Petar Kujundzic/Files
VIVAnews
- Pemerintah China mengaku siap bermitra dengan Indonesia untuk mengembangkan program antariksa tanah air. Bahkan mereka telah berbicara dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terkait rencana pengembangan proyek tersebut.
Hal itu diungkap Duta Besar China untuk Indonesia, Liu Jianchao, yang ditemui VIVAnews semalam, Selasa 30 Juli 2013 di kediamannya, Mega Kuningan, Jakarta Selatan. Liu menyebut pembicaraan yang dilakukan terkait dengan data-data yang diperoleh selama kapal luar angkasa mereka mengudara.
"Kami sudah bertemu dengan perwakilan LAPAN dan membicarakan soal temuan dan data yang kami peroleh selama mengudara di luar angkasa, khususnya yang menggunakan kapal Shenzou-9 karena waktu itu turut membawa modul Tiangong 1," kata Liu.
Kendati saat ini bidang antariksa Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan pesatnya perkembangan yang telah dicapai Negeri Tirai Bambu, namun Liu tetap optimistis satu saat Indonesia dapat melakukan hal serupa. Tetapi Liu menyadari untuk mengembangkan program antariksa dibutuhkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang lama.
"Anggaran yang diperlukan untuk mengembangkan bidang ini sangat mahal dan perlu dilakukan perlahan. China pun dulu juga begitu. Kami memulai program antariksa pertama di awal tahun 1970-an," kata Liu berbagi cerita.
Masih menurut Liu, saat itu China memulai program antariksa dengan meluncurkan sebuah kapal luar angkasa yang membawa satelit kecil ke luar bumi. Usai berhasil dengan misi pertama, Pemerintah China kemudian terus mengembangkan proyek tersebut.
"Saya optimistis astronot Indonesia juga dapat menyamai kehebatan astronot China, begitu pun juga dengan program luar angkasanya," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, VIVAnews diberikan penjelasan singkat mengenai cara kerja kapal luar angkasa Shenzou-9 yang membawa modul Tiangong 1. Pesawat itu diluncurkan pada Juni tahun 2012 kemarin. Saat meluncur ada tiga awak astronot yang terdiri dari dua astronot pria dan satu wanita. Mereka adalah Jing Haipeng, Liu Wang dan Liu Yang.
"Kapal ini terdiri dari dua kompartemen. Saat mereka berada di luar bumi, maka kompartemen ini akan terpisah. Namun sebelumnya para astronot akan pindah ke kompartemen bagian bawah, sementara kompartemen bagian atas akan tetap berada di orbit selama beberapa tahun," papar Liu yang memberikan penjelasan kepada VIVAnews soal sistem kerja pesawat luar angkasa itu.
Baca Juga :
Prabowo Aktif Temani Jokowi, Pakar Politik: Menandakan Transisi Pemindahan Berjalan Mulus
Baca Juga :
Cak Imin Rahasiakan Calon dari PKB Untuk Pilgub Jatim: Kalau Bocor Ketahuan Khofifah Bahaya
Misi berawak pertama mereka pertama kali diluncurkan tahun 2003 silam. Sementara Indonesia sebenarnya telah mengenal satelit, yakni Palapa tahun 1976.
Bahkan tahun 1985, Indonesia hampir saja menerbangkan astronot pertamanya yakni Pratiwi Soedarmono. Namun sayang, rencana itu gagal usai musibah meledaknya pesawat ulang alik Challenger.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Bahkan tahun 1985, Indonesia hampir saja menerbangkan astronot pertamanya yakni Pratiwi Soedarmono. Namun sayang, rencana itu gagal usai musibah meledaknya pesawat ulang alik Challenger.