Sumber :
- REUTERS/Samrang Pring
VIVAnews -
Kawasan Asia Tenggara yang selalu stabil dan minim konflik menyebabkan area itu dilirik oleh beberapa negara di dunia. Beberapa negara itu antara lain Amerika Serikat (AS), India, Selandia Baru dan Prancis.
"Mereka merancang strategi agar dapat meraih dan memaksimalkan peluang di kawasan ASEAN," kata Duta Besar Indonesia untuk ASEAN, I Gede Ngurah Swajaya, di ASEAN Hall, Gedung ASEAN usai menjadi pembicara dalam diskusi mengenai HAM.
Menurut Ngurah, tak heran apabila negara-negara tersebut mengincar ASEAN saat ini, karena kawasan itu disebutnya stabil sehingga berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Perhatian yang diberikan dunia internasional terhadap ASEAN itu luar biasa. Mulai dari strategi AS terkait membuat keseimbangan di kawasan ASEAN hingga ke strategi serupa yang diluncurkan negara mitra ASEAN seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Selandia Baru," ungkap Ngurah.
Menurut Ngurah, minimnya konflik di kawasan Asia Tenggara karena adanya kesepakatan yang telah diteken negara-negara anggota ASEAN. Saat itu ke-10 negara sepakat apabila terjadi konflik, maka mekanisme yang dipilih yakni melalui konsultasi dan dialog.
"Apabila ada konflik yang potensial seperti misalnya kasus sengketa wilayah, maka semua pihak bersengketa sepakat akan duduk bersama, tidak menggunakan kekerasan atau retorika yang sifatnya saling mengancam. Oleh sebab itu yang kami kedepankan adalah konflik ini dapat diselesaikan secara damai," imbuh dia.
Mekanisme itu dikatakan Ngurah sudah termaktub di dalam piagam ASEAN yang ditandatangani tahun 2007 silam atau Treaty of Amity and Cooperation (TAC) di Asia Tenggara.
Kontribusi Indonesia
Ditanya soal kontribusi Indonesia kepada ASEAN yang kini telah berusia 46 tahun, Ngurah mengatakan Indonesia berkontribusi secara signifikan terhadap ASEAN. Bahkan sejak organisasi itu terbentuk tahun 1967 silam.
Cak Imin Sebut Pembangunan selama Sepuluh Tahun Terakhir Terlampau Sentralisasi
Cak Imin mendorong kader-kader PKB untuk maju dalam Pilkada Serentak di daerah masing-masing. Dia menilai pembangunan selama sepuluh tahun terakhir terlalu sentralistis.
VIVA.co.id
2 Mei 2024
Baca Juga :