Skandal Selfie Telanjang Politisi Swiss

Mantan Walikota Bade, Swiss ,Gerri Mueller
Sumber :
  • www.schweizamsonntag.ch
VIVAnews -- Dua skandal self portrait atau selfie telanjang tengah melanda gedung parlemen Swiss. Foto selfie pertama dilakukan oleh seorang sekretaris parlemen yang diambil dari kantornya. 
Potret Mesra Pernikahan Virzha dan Sausan Sabrina, Ijab Kabul Pakai Bahasa Arab

Laman Mirror awal bulan ini melansir sekretaris perempuan yang tidak disebut namanya tersebut, lalu mengunggah foto selfie dirinya di akun media sosial, Twitter. Gara-gara foto itu saja, jumlah pengikutnya membengkak hingga lebih dari 11 ribu orang. 
Oposisi Akan Jadi Minoritas dan Kandidatnya Hanya PKS-PDIP, Menurut Peneliti Senior BRIN

Foto yang semula hanya untuk kepentingan pribadi itu, lalu disorot media dan dilihat publik luas. Dari penelusuran media pula, diketahui sekretaris itu melakukan selfie di kantornya. 
Codeblu Belum Bayar Utang Rp500 Juta, Aline Adita Ancam Bakal Sita Asetnya

Dalam foto itu, terlihat latar gedung Istana Federal di Bern yang telah berusia 162 tahun. Gedung yang didesain oleh arsitek Hans Auer, kerap dijadikan sebagai lokasi pertemuan parlemen Swiss. 

Kepada harian Swiss, Neue Zuercher Zeitung (NZZ), sekretaris itu mengatakan dirinya yakin tidak melanggar aturan apa pun. Beberapa foto itu, ujar sekretaris tersebut, tidak melanggar aturan bagi pegawai pemerintah karena foto tersebut bagian dari kehidupan pribadinya.

Namun, di koran itu tidak disebut alasan sekretaris itu sengaja mengunggah foto telanjang dirinya ke Twitter.

Foto selfie telanjang itu kemudian memicu perdebatan singkat di Swiss, apakah berfoto demikian diizinkan saat sedang berada di tempat kerja. 

BBC melaporkan tentu ada pernyataan yang menyebut aksi tersebut merupakan masalah pribadi. Namun, ternyata bagi atasan sekretaris itu, perbuatan tersebut dianggap tidak pantas. Maka dia pun dipecat. 

Seakan belum cukup, muncul lagi kasus serupa. Kali ini menimpa anggota parlemen dan Walikota Baden, Geri Mueller. Pria yang kerap menghiasi acara bincang-bincang di televisi di Swiss itu, mengirim foto telanjangnya ke teman perempuannya melalui program chat WhatsApp. 

Namun, tiba-tiba foto itu menghiasi media massa di Swiss, karena hubungan Muller dengan rekan perempuannya itu putus. Dia berdalih, sebelum foto itu beredar di media cetak, selingkuhannya tersebut mengancam akan membocorkan foto telanjang tersebut ke publik. 

Tidak cukup, perempuan itu, ujar Mueller, juga mengancam akan menghabisinya.

Mueller bahkan sampai meminta bantuan polisi untuk menangkap teman selingkuhannya itu. Begitu skandal ini terbongkar, Mueller meminta maaf sambil berlinang air mata dalam sebuah jumpa pers. Dia mengaku malu atas skandal itu.

Alih-alih berjanji tidak melakukan perbuatan serupa, Mueller malah mengatakan isi percakapan dia dan selingkuhan itu tidak selalu membahas mengenai seks. 

Namun, pembelaan itu tidak cukup menyelamatkan posisinya sebagai Walikota. Pekan lalu, dia diberhentikan sementara sebagai Walikota. Menurut Dewan Kota, dia akan tetap diberhentikan sambil menanti proses penyelidikan berakhir.

Usai dua skandal itu, media Swiss kini tengah mendiskusikan apakah insiden selfie semacam ini perlu untuk mereka tulis. Sebab, di Swiss dikenal menjunjung tinggi asas privasi. Bahkan, di sana dikenal dengan istilah "privatsphaere". 

Artinya, itu merupakan satu kepercayaan apa pun yang terjadi di rumah atau di kantor hanya untuk konsumsi pribadi dan siapa pun tidak bisa memiliki akses terhadap materi tersebut.

Privasi menjadi akar dari berbagai aspek kehidupan di Swiss, mulai dari kerahasiana perbankan hingga lambatnya Pemerintah Swiss dalam mengesahkan hukum tindak kekerasan domestik. 

Bahkan, hal lain yang dilihat BBC yaitu bagaimana perbedaan akhir kisah kedua pelaku selfie itu. Sebab, nasib karier sekretaris parlemen berakhir, sementara si politisi lebih mujur.

Mueller memang dibebastugaskan sebagai Walikota, namun dia tetap dibiarkan berada di parlemen nasional sebagai salah satu anggota.



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya