Pengakuan Sekuriti yang Nyamar Jadi Pelajar untuk Demo di DPR

Demo pelajar di Jakarta beberapa waktu lalu. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan informasi soal massa bayaran yang menyamar jadi pelajar dalam beberapa aksi ujuk rasa di depan Gedung DPR/MPR benar adanya. Hingga kini jumlah mereka masih didata 

Kouta Penerimaan Siswa PPDB Sumut 2024, SMA 96.588 Orang dan SMK 89.560 Orang

“(Ada massa bayaran) Sedang didata,” kata Argo saat dikonfirmasi wartawan, Selasa 1 Oktober 2019.

Salah satu pelaku, yakni pria berinisial RH (22 tahun) mengaku bahwa dia bukan lah pelajar. Dia mengaku hanya pura-pura jadi pelajar dengan memakai seragam SMA. 

Ria Ricis Kasih Bantuan ke Sekolah SLB: Karena Aku Suka Anak-anak Kecil

Sehari-harinya, pelajar gadungan ini adalah seorang sekuriti. RH mendapat ajakan ini dari pesan singkat temannya yang akan diberikan uang Rp40 ribu bila mau ikut.

Namun, belum sempat ikut aksi pada Senin 30 Oktober 2019 kemarin, RH dan rekan-rekannya sudah berhasil diamankan. Dia ditangkap dalam razia polisi di kawasan Tanjung Priok.

Kecelakaan Bus di Ciater, 7 Korban Luka Berat Masih Dirawat di Ruang ICU RSUI

"Dapat info dari WhatsApp, katanya Rp 40.000 dibayarnya," kata RH.

Sebelumnya, Menteri pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhadjir Effendy, mengingatkan kepada pihak manapun agar tidak memanfaatkan para pelajar untuk melakukan aksi unjuk rasa. Muhadjir mengatakan akan meminta kepolisian menindak tegas jika ada oknum yang sengaja melibatkan pelajar.

"Saya imbau kepada siapa saja, dengan maksud dan tujuan apa saja jangan coba-coba untuk menyeret para siswa ini kepada kegiatan yang membahayakan mereka," kata Muhadjir di kawasan Lubang Buaya Jakarta Timur, Selasa 1 Oktober 2019.

Menurut Muhadjir, saat ini terindikasi ada yang ingin memanfaatkan siswa untuk melakukan aksi. Selain itu, dalam unjuk rasa yang dilakukan para pelajar SMK beberapa waktu lalu, Muhadjir melihat adanya penyusup yang ternyata bukanlah kalangan pelajar.

"Mereka hanya memakai pakaian putih abu-abu saja, pas dibuka ternyata ada yang bertato dan tentu mereka bukan pelajar," ujarnya.

Kadisdik Sumut, Abdul Haris Lubis.(B.S.Putra/VIVA)

Sekolah Jangan Paksa Siswa Ikut Acara Perpisahan

"Mewajibkan itu, tidak boleh. Jangan samakan semua kondisi ekonomi orang tua siswa itu. Apa lagi, siswa itu termasuk orang tidak mampu," jelas Haris.

img_title
VIVA.co.id
15 Mei 2024