Pelajar Korban Banjir Pasaman Bertaruh Nyawa untuk Sampai Sekolah

Masyarakat korban banjir, terutama para pelajar, di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, menyeberangi sungai yang arusnya deras dengan rakit darurat untuk ke sekolah pada Rabu, 17 Oktober 2018.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Masyarakat korban banjir di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Mereka tak hanya menderita karena rumah-rumah terendam, tetapi juga terisolasi gara-gara jembatan utama di kampung mereka putus.

Para pelajar adalah salah satu yang paling terdampak jembatan putus itu. Para siswa SMA dan SMP di Jorong Lubuk Gobing, Kenagarian Silaping, Kecamatan Ranah Batahan, misalnya. Mereka mesti bertaruh nyawa: pergi ke sekolah dengan rakit darurat untuk menyeberangi sungai yang sebelumnya dihubungkan dengan jembatan.

Rakit darurat yang disusun dari beberapa drum bekas dan beberapa bilah kayu itu dikaitkan dengan tali di kedua sisi sungai. Lalu, ditarik dengan tambang untuk menyeberangi sungai dari satu sisi ke sisi lain.

Menyeberangi Sungai Batang Batahan itu bukan pekerjaan gampang. Sebab selain lebar, arus air sungai cukup deras, sehingga berpotensi mengempaskan rakit.

Rakit itu dibuat oleh Agus Susanto, seorang anggota DPR RI warga setempat. Dia berinisiatif membuat rakit darurat untuk membantu akses transportasi warga Lubuk Gobing.

Sebab, dia menyadari tak mungkin menunggu hingga jembatan yang putus itu dibangun lagi. Sementara itu, warga tetap harus beraktivitas dan para pelajar mesti bersekolah.

Anak Korban Banjir Pasaman Bertaruh Nyawa untuk Sampai Sekolah

Jembatan yang terputus ini juga berdampak pada lima ribu warga Jorong Lubuk Gobing. Mereka mengaku belum ada bantuan yang cukup dari Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat. Sejak hari pertama banjir pada Kamis pekan lalu, belum ada bantuan dari pemerintah.

Banjir Melanda Sejumlah Lokasi di Pasaman Barat, Warga Diingatkan Potensi Longsor

Warga Jorong Lubuk Gobing berharap, selain bantuan logistik, pemerintah secepatnya merenovasi atau membuat jembatan darurat sementara. Sebab, jembatan itu adalah satu-satunya akses penghubung perkampungan mereka.

Menurut Nadir, kepala desa Jorong Lubuk Gobing, jembatan itu dibangun pada 1993, menggunakan dana swadaya masyarakat setempat dan bantuan dari Asian Development Bank (ADB). Dia mengaku sudah memohon kepada pemerintah setempat agar merenovasi jembatan itu, terutama bagian fondasinya.

Banjir Bandang-Tanah Longsor Terjang Sumbawa, Puluhan Rumah Warga Terendam

Sebab setiap debit air naik, sisi tebing sungai tergerus air. Namun, usulan itu selalu diabaikan hingga akhirnya putus total dihantam banjir.

“Kita sudah usulkan ke pemerintah sejak dua tahun lalu, namun belum diperbaiki. Jumat kemarin jembatan ini putus. Kondisi ini menyebabkan kita terisolasi. Akses kita hanya jembatan ini,” kata Nadir pada Rabu, 17 Oktober 2018.

Miris! Video Pria Berdiri di Atas Rumah yang Hanyut Terbawa Arus Banjir

Anak Korban Banjir Pasaman Bertaruh Nyawa untuk Sampai Sekolah

Ketiadaan jembatan sekarang, kata Nadir, sangat mempersulit akses warga Jorong Lubuk Gobing, terutama bagi para pelajar yang ke sekolah. Mereka harus berangkat lebih awal karena harus mengantre agar dapat menaiki rakit darurat.

Walau sudah bisa dilalui dengan rakit darurat, menurut Nadir, itu berisiko tinggi. Debit air Sungai Batang Batahan masih tinggi dan arusnya begitu kencang. Bukan mustahil tali tambang untuk menarik rakit itu putus lalu rakit dan para penumpangnya terhanyut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya