Logo BBC

Protes Cucu Bung Hatta, Tak Terima Figur Proklamator Dipolitisasi

Calon Wakil Presiden Republik Indonesia no urut 02, Sandiaga Uno mengangkat tangannya (dua kiri ke kanan) saat berkunjung ke Pasar Raya Inpres II, Padang, Sumatera Barat, Jumat (19/18/2018). - ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Calon Wakil Presiden Republik Indonesia no urut 02, Sandiaga Uno mengangkat tangannya (dua kiri ke kanan) saat berkunjung ke Pasar Raya Inpres II, Padang, Sumatera Barat, Jumat (19/18/2018). - ANTARA/Muhammad Arif Pribadi
Sumber :
  • bbc

Maka dalam tahun pemilu seperti ini, identitas Soekarno-Hatta kemudian digunakan untuk membangkitkan sentimen politik dan memikat pemilih.

Identifikasi dengan tokoh semacam ini sudah banyak ditemukan dalam sejarah, seperti contohnya mengidentifikasi diri sebagai keturunan raja atau keturunan Majapahit, sebagai cara melegitimasi bahwa seseorang pantas menjadi penguasa.

"Dari 2014, Prabowo mengidentifikasi diri sebagai Soekarno, sampai sekarang. Padahal kalau kita lihat sejarah, Soekarno sama bapaknya Prabowo akur, dan kebijakan yang Soekarno sama mertuanya Prabowo, walaupun tidak ada hubungannya ayah dengan mertua, Prabowo ya Prabowo, tapi ada keanehan-keanehan dalam sejarah bahwa satu dan lain hal itu saling bertentangan," ujar Bonnie.

Karakteristik dari para proklamator yang kemudian ditempelkan pada para politisi itu memang hanya yang di permukaan. Seperti bersih, kharismatis, dan berwibawa.

"Kita kan nggak mungkin ngomong detail sama pemilih, dan enggak butuh (bicara detail), apalagi ketika sebagian besar pemilihnya tradisional, ya peduli-peduli amat," kata Bonnie.

Tetapi, apakah pemilih akan teryakinkan dengan strategi identifikasi ini?

"Sebagai diri mungkin masih bisa disambung-sambungkan, tapi sejauh mana relevan atau efektif cara ini, dan sejauh mana berkontribusi pada pilihan orang, harus pakai survei," ujar Bonnie.