Khutbah Wukuf: Cara Menggapai Mabrur di Arafah

Peziarah mencium tugu penanda bukit Jabal Rahmah di kawasan Padang Arafah, Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi, Sabtu, 4 Mei 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA – Ratusan ribu jemaah haji asal Indonesia kini bergabung dengan jutaan muslim lainnya melaksanakan puncak haji, wukuf di Padang Arafah. Naib Amirul Hajj KH A Bunyamin Ruhiyat dalam khutbah wukufnya mengingatkan kembali soal teladan Nabi Ibrahim AS dan bagaimana meraih kemabruran dalam ibadah haji.

Sejarah Sumur Zamzam dari Masa ke Masa

Bunyamin menuturkan, wukuf di Arafah merupakan salah satu rukun haji. Allah SWT  akan mengabulkan segala permohonan yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan saat wukuf. Disinilah setiap doa dijabah.

Haji, menurutnya, merupakan panggilan Allah SAW melalui Ibrahim AS. Karenanya, selama melaksanakan ibadah haji dianjurkan, bahkan diperintahkan, untuk memperbanyak dzikir, mengingat Allah SWT. Sebab dzikir merupakan media efektif untuk menjalin komunikasi dengan Allah SWT.

Jemaah Haji Gugat Kemenag ke Pengadilan, Protes 9 Kali Tak Diberi Makan di Tanah Suci

"Dalam dzikir kita akan menemukan ketenangan dan kedamaian. Karenanya, manfaatkan keberadaan di tempat­tempat dan waktu­waktu mustajab untuk berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT, untuk kebaikan diri, keluarga, bangsa dan negara," katanya.

Tiga Cara Raih Mabrur

77 Jemaah Haji Indonesia Masih di Arab Saudi Jalani Perawatan di Rumah Sakit

Bunyamin menuturkan, setiap yang berhaji tentunya mendambakan ibadah haji yang dilaksanakannya mabrur, diterima Allah, sebab seperti dinyatakan dalam hadis sahih yang diriwayatkan HR Ahmad: Haji yang mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga.

Bagaimana cara mendapatkannya? Sejumlah ulama menjelaskannya dalam berbagai cara.

Pertama, niat melaksanakannya karena Allah. Ibadah haji yang sempurna harus dilakukan hanya karena Allah SWT. Meski dalam berhaji diperkenankan melakukan aktivitas lain, seperti berdagang atau mencari manfaat dunia lainnya, tetapi tujuan utama berhaji adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridaan-­Nya. Bukan tujuan-tujuan duniawi semata.

Kedua, biaya haji bersumber dari yang halal. Ini sebagaimana sabda Rasulullah:

Apabila seseorang pergi berhaji dengan biaya yang bersumber dari yang baik, meletakkan kakinya dalam kendaraan, lalu membaca talbiyah, seseorang akan memanggilnya dari arah langit, "aku terima panggilanmu dan berbahagialah, bekalmu halal, kendaraanmu halal, dan hajimu mabrur, serta tidak berdosa". Bila ia melakukannya dengan biaya yang bersumber dari yang tidak baik, meletakkan kakinya di kendaraan, lalu berkata, "labbayka", ada suara panggilan dari arah
langit, "la labbayka wala sa 'dayka" (anda tertolak), bekalmu haram, biaya yang kamu gunakan haram, dan hajimu tidak mabrur" (HR. Al­Thabrani dari Abu Hurairah).

Ketiga, melaksanakannya sesuai dengan syariat Rasulullah SAW
Melaksanakan ibadah haji adalah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim. Sebab Ibrahim AS yang pertama kali diperintahkan berhaji dengan tatacara (manasik) yang ditetapkan­Nya. Dalam perjalanannya, ibadah haji mengalami banyak penyimpangan. Sampai pada akhirnya Allah mengutus Nabi Muhammad SAW.

"Untuk meluruskan dan menyempurnakan kembali ibadah haji. Oleh karenanya, dalam berhaji kita harus mencontoh cara haji Rasulullah dan para sahabatnya serta amalan al-salaf al-shalih yang mengikuti ajarannya," kata Bunyamin.

Sebab Rasulullah berpesan: Ambillah tatacara pelaksanaan ibadah haji (manasik) dariku

"Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan agar haji yang kita laksanakan  menjadi mabrur. Tidak seorang pun tahu secara pasti, apakah mabrur atau tidak hajinya. ltu prerogatif Allah. Kita hanya bisa mengenali kemabruran haji melalui tanda­tandanya," kata Bunyamin.

Bagaimanakah tanda-tanda haji mabrur? Ketika ditanya soal ini, menurut Bunyamin, Rasulullah SAW menjawab dengan dua hal; (memberi makan orang miskin) sebagai simbol kepedulian, dan menebar salam sebagai simbol kedamaian.

"Karena itu, bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah air. Kita berharap, sekembali ke tanah air, para jamaah haji dapat menjadi duta perdamaian dan kepedulian, yang akan melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik," kata Bunyamin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya