Tim Satgas Berikan Tips Hindari Penularan COVID-19 di Kantor

Ilustrasi kantin kantor
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Tim Satgas Penanganan COVID-19, Dewi Nur Aisyah, meminta kepada perusahaan yang masih bisa melakukan kerja di rumah atau work from home (WFH) lebih baik tetap menerapkan WFH. Sebab, perkantoran atau perusahaan saat ini menjadi klaster penyebaran wabah virus Corona. 

7 Fakta COVID-19 Melonjak di Singapura, Sepekan Capai 25 Ribu Kasus

"Kalau harus masuk kapasitasnya 50 persen, jangan lebih dari 50 persen. Supaya jaga jarak bisa diterapkan dengan baik. Kepadatan yang ada di perkantoran juga terbatas akhirnya," kata Dewi dalam bincang di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu, 28 Juli 2020. 

Dia menjelaskan, kalau nanti terpaksa sekali ada yang harus masuk, bisa dibikin sif. Ada dua jam perbedaan. Misalkan, masuk pukul 07.00 WIB, lalu pukul 09.00 WIB agar tidak terjadi penumpukan pada saat kedatangan, kepulangan maupun jam makan siang.

Terpopuler: Manfaat Kurma hingga Kasus COVID-19 Melonjak di Singapura

"Bawa bekal sendiri (makan siang) bisa menjadi opsi. Jadi tidak perlu berkumpul di kantin semua. Bawa peralatan makan sendiri, bisa juga makannya di ruangan yang terbuka atau beli lalu diantarkan. Jangan berkumpul di satu tempat orangnya ramai-ramai di jam makan siang," katanya. 

Baca juga: Satgas Tegaskan COVID-19 Bukan Konspirasi, Kasusnya Semakin Meningkat

Kisah Haru di Balik Suksesnya Konten Viral Emak-emak Ala Agung Karmalogy

Kuncinya, kata dia, ketika menyentuh mata, hidung, dan mulut, pastikan tangan sudah disterilkan terlebih dahulu. Pakai masker salah satu cara, tapi jangan lupa hand sanitizer. Pastikan tangan steril. 

"Kalau ruangan masih ada jendela yang bisa dibuka, itu dibuka saja lebih baik. Jadi sirkulasi berjalan dengan baik. Pastikan kapasitas kantor jangan padat juga. Kalau bisa 50 persen. Kalau bisa lebih rendah 25 persen misalnya bagus banget," tuturnya. 

Kemudian, setiap kantor harus punya lingkungan aman dan sehat. Manajemen kantor juga bisa memberdayakan seorang pengawas untuk memastikan protokol kesehatan. Bila memungkinkan setiap lantai gedung kantor ada yang mengawasi. 

"Jadi, bisa dipastikan fasilitas tersedia, jangan cuma ada protokol tapi tidak ditunjang fasilitas. Fasilitas harus ada, tapi yang kedua ada yang mengawasi dan mengingatkan karena ini harus upaya kolektif. Enggak bisa satu orang yang menerapkan protokol kesehatan sedangkan yang lainnya abai," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya