Logo BBC

Hari AIDS Sedunia: Perempuan Papua dengan HIV Berjuang Tepis Stigma

BBC Indonesia
BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Siti Nurjaya Soltif, perawat RSUD Jayapura yang rumahnya sempat jadi rumah singgah tempat rawat orang dengan HIV/AIDS di Jayapura, menyebut kebanyakan perempuan Papua terinfeksi HIV dari aktivitas seksual tanpa pengaman.

"Kalau kita lihat rata-rata penularannya adalah lewat hubungan seks. Perempuan mungkin banyak terdeteksi karena perempuan yang mau datang untuk memeriksakan diri," katanya.

Menurut Siti, para perempuan lebih mudah untuk datang ke layanan kesehatan dibanding laki-laki. Sementara resistensi dari kaum laki-laki untuk melakukan tes HIV masih kuat.

"Kalau laki-laki tidak semudah diajak seperti perempuan, dan juga kita lihat ada budaya perempuan tidak berani mengajak laki-laki," kata Siti.

"Kalau laki-laki yang positif dia akan mengajak perempuannya lebih mudah dibandingkan perempuan yang mengajak suaminya untuk tes."

Di sisi lain, jika dilihat dari struktur anatomi organ tubuh, lanjut Siti, perempuan lebih riskan terinfeksi HIV dibanding laki-laki.

HIV tak hanya menghantui ibu rumah tangga saja, namun juga remaja perempuan usia produktif, menurut Siti Soltif.

"Banyak usia produktif. Remaja pun banyak. Karena kalau yang saya tangani ada yang masih SD sudah melakukan hubungan seksual, [juga] SMP."

Diakui oleh Resti Marina Waroy, perempuan berusia 23 tahun, pergaulan bebas menjadi sebab dirinya dinyatakan HIV positif pada 2019.

Ia mengaku sangat sedih telah membuat orang tuanya kecewa. Padahal, kata Resti, mereka memiliki harapan tinggi agar ia menjadi seorang dokter.

"Saya buat mama sedih sekali dan itu saya rasa menyesal, makanya saya kawin, hidup tenang sudah," aku Resti.

"[Saya] tidak kembali ke masa lalu, karena buat mama sedih. Karena mama mau yang terbaik, mau saya kuliah kedokteran, tapi saya buat mama sedih dan itu bikin saya pu hati juga sedih. Saya tidak mau begitu, sekarang saya fokus berobat saja," ujarnya kemudian.

Merujuk survei terpadu biologis dan perilaku di Papua, "banyak sekali perempuan di Tanah Papua itu memulai aktivitas di usia yang sangat muda," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.

"Jadi ada yang mulai usia 15 tahun, 16 tahun. Bahkan ada yang begitu dia sudah menstruasi, dia sudah dikatakan siap, artinya sudah melakukan aktivitas seksual," papar Nadia yang juga menjabat sebagai Manajer Program AIDS Nasional Kementerian Kesehatan.

Aditya Wardhana dari Indonesia AIDS Coalition menambahkan, budaya yang tidak mengindahkan perilaku seksual yang aman menjadi penyebab mengapa kasus HIV banyak terjadi pada perempuan Papua.

"Laki-laki memiliki banyak pasangan itu menjadi biasa, sehingga kemudian kalau kita bicara reproductive number, dari satu laki-laki itu mungkin dia menyebarkan [HIV] ke beberapa orang sekaligus, karena itu tadi budaya di sana yang kemudian memungkinkan terjadinya hal tersebut," kata Aditya.

Menurut Aditya, inilah yang kemudian membedakan epidemi HIV di Papua dengan daerah lain di Indonesia

Di luar Papua, epidemi HIV terkonsentrasi pada kelompok risiko tinggi, seperti pekerja seks, orang yang memakai narkoba suntik dan hubungan sesama jenis.

distribusi HIV
BBC

Sementara di Papua dan Papua Barat, transmisi HIV terjadi pada populasi perempuan risiko rendah, yang terinfeksi HIV dari pasangannya.

"Jadi sudah layer berikutnya dari kelompok risiko tinggi, dan anak.

"Kami yakin bahwa angka kasus yang ditemukan di Papua itu sebetulnya lebih besar dari yang dilaporkan karena memang harus kita akui persoalan infrastruktur menjadi krusial untuk wilayah seperti Papua," kata Aditya.

Lebih jauh, Aditya menjelaskan bahwa sebelum pandemi, situasi HIV/AIDS di Indonesia "cukup mengkhawatirkan".

HIV/AIDS di Papua
BBC

Sebab, dibandingkan negara-negara Asia Pasifik lain, tren penularan HIV dan AIDS terus menanjak, sementara banyak negara lain sudah berhasil mengendalikan.