Warga Desa Wadas Harapkan Tokoh NU Turun Damaikan Konflik Masyarakat

Seorang jurnalis mengabadikan spanduk berisi pesan-pesan penyelesaian konflik secara damai yang terbentang di jalan Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa, 15 Februari 2022.
Sumber :
  • ANTARA/Heru Suyitno

VIVA – Sejumlah warga di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, berharap para tokoh Nahdlatul Ulama turun untuk mendamaikan warga yang terbelah dan menjurus konflik sosial antara pihak pro dan kontra penambangan batu andesit.

Luncurkan Ansor Go Green di Pantai Bangsring, Gus Addin Beberkan Alasannya

Warga Dusun Kali Gendol, Desa Wadas, Wagimin, di Purworejo, Selasa, 15 Februari 2022, mengatakan bahwa kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Wadas rusak dengan adanya pro dan kontra rencana penambangan batu andesit digunakan sebagai bahan fondasi Bendungan Bener.

Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, kini menjadi sorotan nasional. Dalam peristiwa pengukuran lahan untuk lokasi penambangan batu andesit, pada Selasa, polisi menangkap 64 orang guna mencegah konflik horisontal antara warga pro dan kontra. Sehari kemudian mereka dilepaskan.

Anggota DPR Haerul Amri Meninggal Dunia saat Kunjungan Kerja

Atas rencana penambangan batu andesit, masyarakat Desa Wadas terbelah dua. Satu pihak setuju penambangan batu andesit dan pihak lain menentang. Sikap pro dan kontra ternyata menjalar lebih jauh dan menjurus konflik sosial.

Polisi bersenjata siaga di Desa Wadas, Purworejo pada Selasa, 8 Februari 2022

Photo :
  • tvOne
Imbas Konflik Israel-Iran, Emas Sumbang 0,08 Persen ke Inflasi RI April 2024 

Menurut Wagimin, warga pro dan kontra tidak saling tegur sapa. Bahkan acara keagamaan, sosial dan budaya dilakukan masing-masing pihak secara sendiri-sendiri. "Situasinya memang seperti itu, sudah sangat memprihatinkan," katanya.

Hal senada diungkapkan Syawaludin, warga Dusun Beran, Desa Wadas, yang menyampaikan ada kejadian mesin sepeda motor diisi dengan garam dan pasir. Semuanya dampak polemik penambangan yang bermula sejak tahun 2016.

Koordinator Komunitas Masyarakat Terdampak Desa Wadas (Mata Desa) Emha Saiful Mujab alias Gus Ipul menyampaikan sebelumnya warga Wadas ramah dan guyub rukun.

Menurut Gus Ipul, 100 persen warga Wadas adalah kaum nahdliyin alias warga NU. Sebagaimana kaum nahdliyin, mereka gemar silaturahim dengan bersama-sama mengikuti kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya.

"Ini sungguh berbahaya dan harus dicarikan jalan keluarnya. Perlu digagas untuk mempertemukan pihak pro dan kontra agar kehidupan kemasyarakatan warga Wadas kembali normal seperti semula," katanya.

Ia menyoroti kekacauan bahkan terjadi hingga tingkat keluarga hanya karena beda pandangan.

"Ada seorang ibu tidak mendatangi hajatan anaknya gara-gara beda pandangan tentang penambangan batu andesit. Benar-benar parah kerusakan sosial di Desa Wadas," katanya.

Warga Dusun Beran, Wadas, Amat Marlan yang juga anggota Banser NU Kecamatan Bener, mengharapkan tokoh NU turun ke Desa Wadas untuk mendamaikan dan mempersatukan lagi warga Desa Wadas yang 100 persen kaum nahdliyin.

"Tolong tokoh-tokoh NU datang secepat mungkin ke sini. Kami ingin kedamaian kembali di Desa Wadas. Sungguh sangat tidak nyaman hidup bertetangga tidak saling sapa selama bertahun-tahun," katanya. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya