Rektor di Bima Dibantu Dosen Pukul Aktivis Mahasiswa saat Unjuk Rasa

Seorang mahasiswa di Bima dianiaya pihak kampus (dok/ istimewa)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

NTB – Rektor Universitas Muhammadiyah Bima (UMB) dibantu beberapa dosen diduga menganiaya mahasiswa yang sedang berunjuk rasa di depan kampus. Kejadian terjadi pada Rabu, 17 Januari 2024.

Kasus TPPO Mahasiswa di Jerman, Polri Ajukan Red Notice ke Interpol

Kejadian bermula saat mahasiswa diketahui bernama Bayu Saputra bersama rekannya menggelar aksi demo agar pihak kampus mempertimbangkan mengizinkan mahasiswa yang belum membayar SPP ikut melakukan Ujian Akhir Semester (UAS). Beredar kabar mahasiswa yang belum melunasi SPP tidak diizinkan mengikuti UAS.

Namun berselang beberapa menit berorasi, rektor kampus datang dan menghalangi aksi mahasiswa tersebut. Bahkan rektor diduga melakukan aksi mendorong, mencekik, menjambak hingga merampas dan membanting pengeras suara yang dibawa mahasiswa saat aksi.

Rektor UNU Gorontalo Resmi Dilaporkan Polisi atas Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Seorang mahasiswa di Bima dianiaya pihak kampus (dok/ istimewa)

Photo :
  • VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)

Penganiayaan diduga dilakukan rektor dibantu beberapa dosen di halaman parkir kampus. Video penganiayaan mahasiswa beredar luas di media sosial.

Aniaya Pecalang di Bali, Polisi Tangkap Dua Bule Amerika

Klarifikasi Kampus

Sementara Humas Universitas Muhammadiyah Bima, Taufiqurrahman melalui siaran pers memberikan klarifikasi atas insiden tersebut.

Dia mengatakan mahasiswa menggelar aksi dengan membawa senjata tajam. Namun tidak dijelaskan senjata tajam apa yang dimaksud.

“Ketika suasana Ujian Akhir Semester (UAS) berlangsung pukul 10.00 Wita tiba-tiba datang beberapa orang yang dikomandoi Saudara Bayu Saputra, Dkk dengan membawa senjata tajam sambil berteriak (berorasi) menggunakan megaphone, mengahasut dan menyerang keamanan dan ketertiban kampus UM Bima yang sedang mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS),” katanya.

Dia menjelaskan, kampus berusaha memanggil dan mengajak dialog, serta memberi peringatan Bayu Saputra untuk menghentikan tindakan yang mengganggu UAS.

“Akan tetapi tidak dihiraukan bahkan Sdra Bayu Saputra Dkk menunjukkan sikap perlawanan dan provokatif yang berpotensi memicu konflik atas perlawanan dari kalangan mahasiswa lainnya yang merasa terganggu saat mengikuti UAS,” ujarnya.

Dia juga mengatakan Bayu Saputra dan kelompoknya masih menunggak pembayaran SPP.

Namun klarifikasi tersebut sama sekali tidak membantah dugaan penganaiyaan yang dilakukan oknum rektor dan oknum dosen di sana.

Sementara media ini masih mencoba menghubungi Bayu Saputra untuk meminta konfirmasi atas insiden tersebut. Namun baik melalui sambungan telepon maupun pada aplikasi pesan instan, dia belum memberikan tanggapan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya