Prof Koentjoro UGM Dikirimi Pesan Caci Maki Usai Kritik Demokrasi di Indonesia

Ilustrasi teror melalui WhatsApp.
Sumber :
  • Softonic

Yogyakarta – Sejumlah civitas akademika UGM telah menggelar aksi Kampus Menggugat: Tegakkan Etika dan Konstitusi, Perkuat Demokrasi pada Selasa 12 Maret 2024 lalu. Usai aksi ini, Guru Besar bidang Psikologi UGM Prof Koentjoro mengaku mendapatkan kiriman pesan melalui aplikasi Whatsapp berisikan caci maki

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

Koentjoro menceritakan pesan berisikan caci maki itu diterimanya pada Sabtu 16 Maret 2024 pagi. Dalam pesan yang dikirim itu, Koentjoro dituduh merupakan salah satu pendukung paslon Presiden dan Wakil Presiden.

Koentjoro juga dituding ingin mencari jabatan lewat sejumlah aksi yang dilakukannya bersama dengan civitas akademika UGM. Selain terlibat dalam Kampus Menggugat, Koentjoro juga menjadi inisiator dalam aksi Petisi Bulaksumur beberapa waktu yang lalu. 

Kampus-kampus di Amerika Serikat Banyak Demo, PM Israel Merasakan Ini

"(Terakhir) kemarin (Sabtu) pagi via WA, jam 06.45 WIB. Intinya (menuding) orang tua enggak tahu diri. Curang, curang, curang," ujar Koentjoro saat dihubungi wartawan, Selasa, 19 Maret 2024. 

Universitas Gadjah Mada

Photo :
  • Twitter @UGMYogyakarta
Gandeng IEP, Kemenag Buka Peluang Sinergi dengan Perguruan Tinggi Amerika

"Saya dianggap pro (paslon) 3. Mau cari jabatan. Ingat janggutmu sudah tua," imbuh Koentjoro. 

Koentjoro membeberkan pengirim pesan itu bukan dari buzzer salah satu paslon. Koentjoro menerangkan usai mendapat pesan Whatsapp berisikan makian, dirinya mengancam pengirim pesan untuk melaporkannya ke polisi. 

"Hanya satu (nomor). Lonewolf bukan buzzer. Soalnya saya ancam balik, dia diam. Saya dibantu teman dari Polda, (pengirim) terlacak dari Batam," urai Koentjoro. 

Koentjoro menuturkan tak sekali ini saja dirinya mendapatkan pesan bernada intimidasi. Koentjoro menjabarkan usai mengeluarkan Petisi Bulaksumur, upaya intimidasi lewat kiriman pesan Whatsapp juga diterimanya. 

"Itu lebih banyak. Pelakunya buzzer kalau itu. Bicaranya enggak sopan. Bahkan kata satpam Fakultas Psikologi (UGM) saya di kantor ada yang mendatangi (sebanyak) dua kali," ucap Koentjoro. 

Terkait pesan Whatsapp maupun upaya intimidasi lainnya, Koentjoro mengaku dirinya tidak takut menghadapinya. 

"Saya malah saya gunakan sebagai obyek belajar. Santai. Sama sekali tidak takut," tutup Koentjoro.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya