Sumber :
- ANTARA/ Muhammad Deffa
VIVAnews
– Ahmad Toli, 35 tahun, warga Pecoro, Bangsalsari, Jember, Jawa Timur, tak bisa berbuat apa-apa. Selama 25 terakhir hidupnya harus dipasung di belakang rumah.
Murtiah, ibu kandung Toli, mengaku terpaksa merantai anak keempatnya ini karena kerap ngamuk. Kemiskinan memuatnya tak sanggup membiayai berobat ke dokter jiwa. "Anak saya ini suka sekali mengamuk," katanya.
Lalu, 200 meter dari rumah Toli dan Yasin ada Mursidi yang bernasib sama. Pemuda 27 tahun ini dipasung dengan kayu dan dirantai.
Mursidi dipasung karena sering mengejar dan menghajar orang hingga babak belur. Menurut Sumiyati, ibu Mursidi, anaknya terganggu mentalnya setelah mendalami ilmu. Mursidi menganggap dia syeih dan habib. "Saya tersiksa sekali," kata Mursidi kepada
ANTV.
50 Meter dari rumah mursidi, ada perempuan 16 tahun yang dipasung. Namanya Lita. Ia dipasung orangtuanya karena saat marah sering memecahkan perabotan rumah.
Menurut Suartiningsih, ibu Lita, peringai anaknya tiba-tiba berubah pasca pacarnya memutuskan siswi kelas 2 SMA ini. Lita terganggu psikologisnya akibat peristiwa itu. Lita kini tak berdaya karena kakinya diikat tali kain di ranjang kamarnya.
Kepala Desa Pecoro Musthofa Sabir mengatakan, pasung menjadi alternatif karena warga di desanya tak punya biaya pengobatan. Selain itu, pasung merupakan tradisi warga setempat yang diterapkan bagi anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. "Tradisi itu sudah berlangsung puluhan tahun silam," katanya.
(Laporan: Sinto Sofiadin, ANTV Jember | umi)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Mursidi dipasung karena sering mengejar dan menghajar orang hingga babak belur. Menurut Sumiyati, ibu Mursidi, anaknya terganggu mentalnya setelah mendalami ilmu. Mursidi menganggap dia syeih dan habib. "Saya tersiksa sekali," kata Mursidi kepada