Lokalisasi Gude Madiun Resmi Ditutup

Lokalisasi Gude Madiun ditutup, Rabu 12 November 2014.
Sumber :
  • Adib Ahsani/VIVAnews
VIVAnews –
Suasana lokalisasi Wisma Harapan Gude, Desa Teguhan Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, mendadak ramai. Bukan ramai pengunjung, melainkan ramai petugas pemulangan Pekerja Seks Komersial.


Mulai Rabu 12 November 2014, PSK di lokalisasi ini dipulangkan secara bertahap.


Mumun (25 tahun), salah satu penghuni lokalisasi bersiap untuk pulang kampung. Tiga kardus besar sudah disiapkan untuk mengangkut barang-barangnya menuju kampung halaman. 


"Pulang kampung, ke Trenggalek," ujar wanita berparas putih itu.


Mumun dan 46 PSK lainnya sudah mendapat uang "pesangon" melalui Dinas Sosial Kabupaten Madiun. Masing-masing mendapat Rp3 juta. "Rencananya mau buka warung di kampung halaman mas, sambil
ngurus
anak," kata Mumun.


Kata Mumun, uang Rp3 juta sama dengan penghasilannya selama sebulan di lokalisasi. "Tapi tak tahulah mau berdagang apa. Saya kerja di sini juga keluarga tidak tahu. Mereka tahunya saya kerja di luar kota,
gitu
," kata wanita beranak satu yang sudah tiga tahun menghuni Wisma Harapan.
494 Suara Hilang di Dapil Jabar 1, Nasdem Tuduh Golkar Ada Kenaikan 472 Suara Ilegal


Awas! Bukan Cuma Perih, Minum Obat Ini Bisa Sebabkan Maag hingga Pendarahan di Lambung
Pemkab Madiun menutup paksa lokasisasi yang sudah ada sejak tahun 1978 itu. Bupati Madiun, Muhtarom, memberikan batas akhir penutupan 15 November 2014. Berbagai usaha, mulai dari sosialiasi hingga memberikan keterampilan kepada para PSK, sudah dilakukan oleh Pemkab.

Melesat 250%, Pendapatan Bumi Resources Minerals (BRMS) Q1-2024 Capai US$20,3 Juta

"Saya ini rakyat kecil, kalau ditutup ya mau bagaimana lagi. Bisanya cuma pasrah," kata Mumun dengan logat Jawa yang kental.

Suparmi, yang juga penghuni lokalisasi mengaku belum mendapatkan uang "pesangon". Suparmi mempertanyakan namanya tidak terdaftar sebagai salah satu PSK di Gude.


"Kalau tidak terdaftar, berarti saya tidak dapat pesangon?" tanya Suparmi berbata-bata kepada petugas.


Parmi menjelaskan, dalam pendataan terakhir, dia sedang pulang kampung untuk mengkhitan anaknya. Namun, begitu tiba, pendataan penghuni sudah selesai dilakukan.


"Padahal pendataan-pendataan sebelumnya, nama saya selalu ikut,” kata wanita yang sudah tujuh tahun menghuni lokaliasi.


Janda kelahiran tahun 1972 yang beranak dua itu lalu mendesak petugas agar dimasukkan dalam daftar PSK yang dipulangkan dan mendapat pesangon. "Kalau tidak dapat, saya kerja modal apa, Pak?" ujar Suparmi.


Lokalisasi ini dihuni oleh 77 PSK. Itu belum termasuk mucikari yang mengelola tempat itu.


Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Madiun, Agus Budi Wahyono, mengatakan hari ini sudah 47 yang menerima uang. "Besok akan kita lanjutkan lagi menyaluran uang pesangon kepada para PSK," ujar Agus di lokasi.


Selain mendapat pesangon, kata Agus, para PSK juga dites kesehatan, seperti tes kelamin dan virus HIV.


"Mereka juga harus memberikan surat pernyataan bahwa mereka tidak akan kembali lagi menjadi PSK di Kabupaten Madiun dan di wilayah Propinsi Jawa Timur," kata Agus.


Sejak ditutupnya lokalisasi Dolly di Surabaya, Pemeritah Propinsi Jawa Timur memberi edaran yang berupa imbauan penutupan lokalisasi di seluruh Jawa Timur. Di bulan November ini, tiga daerah juga akan menutup lokalisasi yakni, Kabuputen Nganjuk, Malang dan Kabupaten Madiun.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya