Cak Imin jadi Cawapres, PCNU Jombang Tegak Lurus ke Gus Yahya

Deklarasi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar
Sumber :
  • Twitter @aniesbaswedan

Jombang – Muhaimin Iskandar, akhirnya menjadi bakal cawapres dari Anies Baswedan sebagai capres. Keduanya telah mendeklarasikan diri di Surabaya akhir pekan lalu.

Doa dan Harapan Ketua NU Klaten untuk Sudaryono Jika Kelak Jadi Jateng 1

Selain sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB, Gus Imin atau Cak Imin, adalah tokoh Nahdlatul Ulama atau NU

Mengingat Cak Imin merupakan cucu dari salah satu pendiri NU yakni Kiai Haji Bisri Syamsuri, Denanyar, Jombang.

Isu Cak Imin Minta Jatah 2 Kursi Menteri Buat PKB, PAN: Itu Urusannya Prabowo

Meski Cak Imin merupakan tokoh NU, tidak semua kiai di Jombang, bakal mendukung dia di perhelatan Pilpres 2024. Karena, seluruh kiai di NU, sudah mendapat wejangan dari ketua Ketum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.

Seperti diungkapkan oleh ketua PCNU Jombang, Kiai Haji Fahmi Amrullah Hadzik. Jelas Gus Fahmi, kiai-kiai NU yang masuk dalam struktural NU, pastinya tidak akan mengikuti urusan dukung mendukung capres maupun cawapres dalam pilpres nanti. Termasuk mendukung pasangan Amin (Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar).

Digadang-gadang Jadi Penasihat Prabowo, Jokowi: Saya Masih Presiden Sekarang Ini

Ketua PCNU Jombang, Kiai Haji Fahmi Amrullah Hadzik

Photo :
  • VIVA/ Uki Rama

"Saya kira kyai-kyai NU yang struktural NU, sudah pasti mengikuti instruksi dari PBNU, melalui Ketum (Gus Yahya) yang menyatakan tidak ada calon presiden atau cawapres yang mengatasnamakan NU. Artinya, secara struktural kita terikat dengan jamaiyah dan organisasi," kata Gus Fahmi, Selasa, 5 September 2023.

Ia pun mengaku untuk pasangan Amin, sikap politik para kiai NU secara pribadi juga beragam. Mungkin ada yang mendukung, mungkin juga ada yang tidak mendukung sama sekali.

"Tapi kyai-kyai kultural bisa jadi ada yang mendukung ada juga yang tidak mendukung," ujar Gus Fahmi. 

Ia menegaskan, untuk dukungan pilpres sejak dari zaman dahulu, warga NU sulit untuk disatukan. Begitu juga para kiai-kiai dari NU. Dan ini merupakan suatu hal yang biasa di dalam NU.

"Dan saya pikir untuk urusan yang satu ini (dukungan Pilpres), NU itu tidak pernah bisa untuk disatukan. Mungkin urusan caleg, urusan apa bisa, tapi urusan politik soal Presiden dari dulu memang tidak bisa disatukan warga NU itu, jadi saya pikir kyai-kyai NU pun ya seperti itu (tidak bisa disatukan)," tutur Gus Fahmi. 

Gus Fahmi mengaku, pihaknya juga memiliki dukungan sendiri secara pribadi, terhadap salah satu capres-cawapres. Namun dukungan itu tidak untuk diketahui publik termasuk para kader dan warga NU.

"Secara pribadi, itu kan hak politik setiap orang. Tapi saya kan punya pilihan sendiri, namun hal itu adalah rahasia, karena kalau saya ungkap ke publik saya kan nantinya juga melanggar," kata Gus Fahmi.

Namun sebagai ketua PCNU Jombang, ia tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam urusan dukung mendukung capres maupun cawapres, termasuk terhadap cucu pendiri NU.

"Tapi yang jelas sebagai ketua PCNU, tidak bisa mendukung masing-masing pasangan capres-cawapres, karena kami terikat aturan," jelas Khadim pondok pesantren putri Tebuireng Jombang itu.

Dalam pandangannya, pasangan Anies-Cak Imin sebagai pasangan yang cocok. Apalagi Cak Imin sudah lama butuh gandengan untuk maju sebagai Capres atau Cawapres. 

"Ya sudah klop lah. Karena Pak Muhaimin ini kan sudah sejak lama (nyalon presiden) tapi gak ada yang gandeng. Dan pak Anies sudah ada yang mendeklarasikan. Tapi PKB itu maunya Cak Imin itu yang jadi capres. Tapi kalau sendiri kan gak mungkin, karena harus berkoalisi dengan partai lain. Jadi kalau saya pikir ini yang pas buat mereka (Anies-Cak Imin)," tutur Gus Fahmi. 

"Walaupun banyak sekali hal-hal yang bertentangan, namun dalam politik itu tidak ada yang abadi. Karena yang ada kepentingan itu tadi. Mungkin dulu gak cocok dengan pak Anies karena pak Anies dianggap radikal dianggap ini, namun saya pikir dalam politik siapapun, yang bisa memberikan suara, baik orang yang soleh, orang yang jahat, asalkan bisa memberikan suara, itulah politik," tambah Gus Fahmi.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya