Ketua Komisi I DPR: Alhamdulillah Pak Prabowo Tidak Terpancing Membuka Data Pertahanan Kita

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Jakarta – Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, bersyukur calon presiden atau capres nomor urut 2 sekaligus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, tidak membuka data pertahanan Indonesia dalam debat ketiga Pilpres 2024 pada Minggu malam tadi, 7 Januari 2024. 

Rocky Gerung Minta Anies Jangan Nyagub Lagi: Itu Lebih Bermutu, Ngerti Etika Politik

Meskipun dalam debat tersebut, Prabowo dicecar pasangan capres lain untuk membuka data-data secara gamblang.

“Alhamdulillah, Pak Prabowo tidak terpancing untuk membuka data pertahanan kita. Menurut saya ini bentuk kenegarawanan, mementingkan negara diatas politik. Meski sudah dicecar sebegitu rupa," ujar Meutya kepada wartawan di Jakarta, Senin, 8 Januari 2024. 

Rais Aam PBNU Kenang Kenal Prabowo Sejak 1996, Doakan Sukses Jalankan Pemerintahan

Debat Ketiga Calon Presiden Pemilu 2024

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Komisi I DPR RI adalah komisi yang membidangi bidang pertahanan salah satunya. Dimana Kementerian Pertahanan adalah salah satu mitranya. Meutya menyebut, capres yang mendesak Prabowo membuka data pertahanan Indonesia secara terbuka, tidak memahami resiko pada kedaulatan negara. Dia kemudian menekankan bahwa data pertahanan bersifat rahasia. 

Pengakuan Prabowo Dibantu Jokowi Persiapkan Diri Jelang Pelantikan Presiden Bulan Oktober

“Data pertahanan tidak bisa sembarangan dibuka. Sifatnya rahasia negara, confidential. Hanya bisa dibuka di kalangan tertentu,” papar politisi Partai Golkar itu. 

Menurut Meutya, capres yang meminta Prabowo membuka data pertahanan tidak paham masalah resiko data pertahanan apabila dibuka sembarangan di depan publik.

“Apalagi debat ini diperhatikan oleh seluruh dunia. Jika dibicarakan di publik sama saja membuka rahasia pertahanan kita ke negara lain," jelasnya. 

Lebih lanjut, Meutya menyebut debat yang membahas pertahanan negara harusnya menjadi ranah persatuan antara calon presiden. Karena sifatnya yang rawan terhadap kedaulatan bangsa. 

“Memanfaatkan data pertahanan yang sifatnya rahasia untuk menyudutkan lawan politik mestinya tidak terjadi. Negara lain sangat berkepentingan terhadap isu pertahanan ini. Harusnya kita memperlihatkan persatuan bahwa Indonesia dalam debat pertahanan, tentunya dengan sikap calon pemimpin yang penuh jiwa negarawan," jelas Meutya. 

Mantan presenter televisi ini, lantas mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam memilih pemimpin kedepan, karena kedaulatan negara dipertaruhkan. Apalagi situasi gepolitik global saat ini yang tidak menentu, 

“Kondisi geopolitik dunia sangat rentan. Sangat mungkin berdampak kepada kita. Untuk itu kita butuh pemimpin kuat yang bisa menjamin kedaulatan negara untuk membawa kita menghadapi tantangan dunia," kata dia. 

“Seorang pemimpin negarawan yang memikirkan negara diatas kepentingan lain, apalagi ambisi politik pribadinya," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya