BPS Sebut Kinerja Ekspor Februari 2019 Turun di Segala Sektor

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Neraca perdagangan RI mengalami surplus sebesar US$330 juta pada Februari 2019. Meski begitu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja neraca ekspor impor itu bukan disebabkan laju ekspor yang membaik.

Kinerja ekspor justru mengalami penurunan di seluruh sektornya, sedangkan impor turun tajam.

Kepala BPS, Suhariyanto mengungkapkan, kinerja ekspor pada Februari 2019 tercatat US$12,53 miliar, menurun jika dibanding dengan posisi Januari 2019, yang turun sebesar 10,03 persen. Penurunan kinerja ekspor pun terjadi di seluruh sektornya.

BPS mencatat sektor minyak dan gas bumi, dan non-migas masing-masing turun 11,85 persen dan 9,85 persen secara bulanan. Meski begitu, turunnya kinerja ekspor pada bulan itu, kata dia, lebih disebabkan faktor musiman.

"Dari bulan ke bulan pergerakannya, polanya, baik 2017, 2018 maupun 2019, bulan Februari selalu mengalami penurunan dibanding Januari. Bisa diduga itu terjadi karena jumlah hari di Februari lebih pendek. Sehingga selisih tiga hari itu berpengaruh cukup besar," tutur Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Jumat 15 Maret 2019.

Berdasarkan nilai ekspor per sektornya di luar sektor migas, dia mengatakan, nilai ekspor sektor pertanian hanya mampu mencapai angka US$230 juta atau turun 17,40 persen dibanding posisi bulan sebelumnya, begitu juga sektor industri pengolahan yang mencatat nilai US$9,41 miliar atau turun 7,71 persen.

Sementara itu, nilai ekspor pertambangan dan lainnya hanya mampu tercatat sebesar US$1,80 miliar atau turun tajam 18,76 persen. Menurutnya, itu lebih disebabkan perkembangan iklim perdagangan global yang masih tidak menentu akibat proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi dan masih fluktuasinya harga komoditas.

Terbukti, pada periode itu, ekspor Indonesia, khususnya di sektor non-migas yang 91,31 persen mendominasi keseluruhan struktur ekspor Indonesia mengalami penurunan dengan tiga negara mitra dagang utama. Yakni Amerika Serikat turun mencapai US$238,7 juta, China US$191,1 juta, dan Jepang turun US$162,3 juta. 

Pentingnya Sensus Pertanian 2023

Sementara itu, ekspor yang mengalami kenaikan terbesar terjadi dengan Malaysia yang hanya sebesar US$84,8 juta, Hong Kong US$68,2 juta dan Kazakhstan US$50,6 juta. Dengan barang ekspor yang mengalami peningkatan di antaranya perhiasan atau permata, tembaga, bubur kayu, timah, maupun bahan kimia anorganik.

"Ekspor kita masih meningkat ke Malaysia, Hong Kong, dan Kazakhstan, sedangkan yang turun ke Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang yang merupakan mitra dagang utama. Ini perlu jadi perhatian karena ekonomi global suasananya agak gloomy, ini tantangan utama ketika kita ingin genjot ekspor," kata dia. (art)

Sri Mulyani Buka-bukaan Kasus Menonjol di Laporan PPATK: Impor Ekspor Emas dan Money Changer
Ilustrasi ekspor impor.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Bank Indonesia (BI) menilai surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 akan menopang ketahanan eksternal perekonomian RI ke depan.

img_title
VIVA.co.id
16 Februari 2024