RCEP Lahir, Indonesia Dihantui Makin Membanjirnya Produk China

Dampak RCEP Terhadap Ekspor Indonesia, Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya bersama dengan Australia, China, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan telah menandatangani kesepakatan Regional Comprehensive Economic Partnership(RCEP). Produk dalam negeri dinilai harus bisa lebih bersaing dangn produk impor.

Kewajiban Sertifikasi Halal Produk UMK Ditunda, Menag: Bentuk Keberpihakan Pemerintah

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Bhima Yudhistira, mengungkapkan ada sisi negatif dari dampak kesepakatan perdagangan yang mencakup 30 persen perdagangan dunia itu ke Indonesia.

Baca juga: Genjot Ekonomi RI 6 Persen Butuh Investasi Rp4.983,2 Triliun

Bea Cukai Buka Suara soal Mantan Pegawainya Jadi Tersangka Impor Gula Ilegal

Menurutnya, RCEP akan membuat Indonesia kebanjiran produk-produk dari China. Sebab, sebelum adanya perjanjian perdagangan bebas tersebut, impor Indonesia dari China terus mengalami kenaikan pesat.

"Dan saya agak kaget data terbaru di Oktober porsinya (Impor China) sudah 30,1 persen dari total produk impor," katanya secara virtual, Selasa, 17 November 2020.

Emiten Produsen Prochiz Ini Bagikan Dividen Rp 79,5 Miliar, Intip Jadwalnya

Bhima menerangkan, sejak 2015, barang-barang impor dari China sudah mendominasi di Indonesia. Pada tahun itu porsinya mencapai 24,7 persen dari total impor dan terus merangkak naik hingga 30,1 persen pada 2020.

Sementara itu, negara-negara lain, seperti Jepang misalnya, porsi impor dari negara tersebut cenderung menurun dari sebelumnya pada 2015 sebesar 11,2 persen. Saat ini hanya mencapai 8,5 persen dari total impor Indonesia.

"RCEP akan didominasi produk-produk impor dari China yang akan memenangkan pertarungannya. Sementara porsi impor dari Jepang turun," ucap dia.

Terlebih lagi, Bhima melanjutkan, mitra dagang utama Indonesia selain China, yaitu Amerika Serikat tidak terlibat dalam perjanjian perdagangan tersebut. Meskipun selama ini barang impornya ke RI cuma di kisaran 5-6 persen.

AS juga di bawah kepemimpinan Donald Trump, dikatakannya tidak melanjutkan perjanjian perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP). Sehingga produk-produk asal China dipastikannya akan mendominasi.

"Sepertinya ini kesalahan fatal AS di bawah Trump karena harusnya ada opsi antara RCEP dengan TPP tapi Trump tidak ingin melakukan TPP sehingga RCEP akan didominasi produk impor dari China," tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan dengan adanya kesepakatan perdagangan tersebut, pasar perdagangan di Indonesia tidak akan dibanjiri oleh barang-barang impor.

"Impor tidak akan banjir karena kita semua sepakat di negara ASEAN untuk melindungi seluruh ASEAN ini, karena balance daripada impor khususnya trade balance," tuturnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya