BI Buka-bukaan RI Bisa Tertular Krisis Global Lewat 3 Jalur Ini

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

VIVA – Bank Indonesia (BI) masih terus mewaspadai risiko stagflasi akibat dari melonjaknya harga komoditas utamanya pada energi.

Dolar AS Sempat Tembus Rp16.200, Jokowi: Kita Ketar-ketir, Agak Ngeri Juga

Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro mengatakan, saat ini dunia sedang bergejolak dan disertai ketidakpastian. Melonjaknya harga energi akibat terhambatnya pasokan saat ini menjadi momok tekanan terhadap stagflasi.

"Kenaikan harga energi yang masih sangat tinggi masih bercokol di atas US$90 per dolar ini jadi momok tekanan stagflasi, inflasi tinggi dan respons suku bunga yang tinggi. Akan tekan pertumbuhan ekonomi dan ancaman stagflasi ini akan terus mengemuka," kata Solikin dalam telekonferensi, Rabu, 7 September 2022.

Pemerintah Daerah China Terpaksa Beli Rumah di Tengah Krisis Ekonomi

Bank Indonesia

Photo :
  • akurat.co

Solikin mengatakan, dampaknya terhadap Indonesia ada di tiga jalur diantaranya perdagangan, komoditas, dan keuangan. Untuk jalur perdagangan, disebabkan dari melemahnya ekspor yang dipicu oleh trend volume karena harga komoditas yang meningkat.

Kolaborasi Penggunaan TKA, Kemnaker Ajak Negara-negara ASEAN dan Asia Pasifik

"Dan jalur keuangan memicu respons kebijakan moneter negara maju atas ketidakpastian global. Kami bersyukur di Indonesia cukup resilien," jelasnya.

Gedung Bank Indonesia.

Photo :
  • VIVA/Andry Daud

Solikin menjelaskan resilien atau kemampuan untuk pulih dalam hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang positif. Karena di masa berat saat ini ekonomi mampu tumbuh di 5,4 persen pada kuartal II-2022.

"Itu prestasi luar biasa, bicara eksternal neraca perdagangan sangat bagus, tekanan nilai tukar manageable, kita depresiasi tapi terkelola lebih bagus dari negara lain," imbuhnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya