RDK OJK: Sektor Jasa Keuangan RI Aman, Tapi Perlu Waspadai Potensi Buruk Ini

Ketua DK OJK, Mahendra Siregar.
Sumber :
  • Anisa Aulia/VIVA.

Jakarta – Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih tetap terjaga dan 'resilience'.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan, hal itu antara lain dibuktikan dengan indikator prudential seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai, serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.

Namun, Mahendra mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian bersama, misalnya terkait masalah keyakinan konsumen, inflasi, dan anjloknya harga komoditas.

"Perlu dicermati kecenderungan pelemahan indikator optimisme konsumen, tren penurunan inflasi inti, dan berlanjutnya penurunan harga komoditas yang telah menekan kinerja eksternal Indonesia," kata Mahendra dalam telekonferensi, Selasa, 5 September 2023.

Bisa Melemahkan Pasar Keuangan Global

Ketua OJK, Mahendra Siregar.

Photo :
  • VIVA/Anisa Aulia

Dia menjelaskan, dinamika perekonomian tersebut dapat mendorong pelemahan pasar keuangan global, baik di pasar saham, surat utang, maupun pasar nilai tukar. "Yang juga disertai terjadinya peningkatan volatilitas pasar, dan outflow dari mayoritas pasar keuangan emerging market, termasuk pasar keuangan Indonesia," ujarnya.

Divergensi perekonomian global menurutnya juga masih berlanjut, dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan resiliensi di tengah inflasi inti yang terus menurun. Resiliensi ekonomi tersebut telah meningkatkan ekspektasi, bahwa The Federal Reserve (The Fed) dapat lebih 'hawkish'.

Program Pemberdayaan Ekonomi Umat 2024, Kemenag Targetkan Bikin 100 Titik Baru

Sementara di Eropa, pertumbuhan ekonomi kembali turun menjadi 0,6 persen secara year-on-year (yoy) pada triwulan II-2023, dari 1,1 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara, inflasi inti masih tetap tinggi.

Di sisi lain, lanjut Mahendra, momentum perekonomian Tiongkok dikabarkan termoderasi, dengan indikator ekonomi yang tercatat di bawah ekspektasi. Di mana, inflasi Tiongkok pun masuk ke zona deflasi, dan kinerja eksternal yang dikabarkan terkontraksi.

Talangi Gaji Karyawan Indofarma hingga Ratusan Miliar, Keuangan Bio Farma Ikutan 'Oleng'

Selain itu, Mahendra mengatakan bahwa tekanan pada sektor properti di Tiongkok juga kembali meningkat, seiring munculnya permasalahan pada beberapa pengembangan properti besar.

"Di domestik kita, ekonomi Indonesia tumbuh positif pada triwulan II-2023 sebesar 5,17 persen, atau naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,04 persen. Yang didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi yang baik," ujarnya.

Volume Perdagangan Meroket 139,1 Persen, Aset Kripto Ini Jadi Daya Tarik Baru Bagi Investor
Bambang Brojonegoro dan Siswono Yudo Husodo saat wisuda

Pesan Mantan Menristek untuk Generasi Muda

Mantan Menristek mengatakan, bonus demografi yang akan dimiliki Indonesia harus dimaksimalkan untuk kemajuan bangsa. Peluang tersebut harus bisa dikelola dengan baik.

img_title
VIVA.co.id
23 Mei 2024