Sistem Neo-klasik 3 Bek Jadi Senjata Mematikan Inggris

Timnas Inggris
Sumber :
  • REUTERS/Carlos Barria

VIVA – Inggris menorehkan catatan luar biasa dalam dua pertandingan di fase grup Piala Dunia 2018. Mereka menyapu bersih kemenangan, ditambah mencetak banyak gol dalam dua laga.

Media Korsel Sorot Timnas Indonesia: Senjata Paling Berbahaya Mereka Adalah STY

Tercatat, sudah delapan gol mereka produksi. Harry Kane jadi penyumbang gol terbanyak bagi Inggris.

Kane sudah mencatatkan lima gol dalam dua laga bersama Inggris. Catatan ini membantunya untuk menyamai rekor dua striker legendaris Inggris, Geoff Hurst dan Gary Lineker.

Momen STY Dilempar Telur Kembali Viral Jelang Indonesia vs Korsel, Warganet: Buktikan Coach

"Hal paling penting adalah menang. Jika gol saya membantu tim untuk bisa meraih kemenangan, situasi menjadi lebih sempurna," kata Kane dilansir situs resmi FIFA.

Ganasnya Kane di lini depan Inggris didukung oleh sistem yang diterapkan oleh manajer Gareth Southgate.

Termasuk Zinedine Zidane, Ini 5 Pelatih Pengganti Erik Ten Hag di Manchester United

Penyerang Timnas Inggris, Harry Kane

Di Piala Dunia 2018, Southgate menerapkan sistem permainan kuno yang dipadukan dengan gaya modern. Ya, di awal, Anda pasti menemukan hanya ada tiga bek yang dipasang oleh Southgate di awal laga.

Kyle Walker, John Stones, dan Harry Maguire, jadi tiga tembok yang biasa dipasang Southgate di dua laga awal.

Demi melapis ketiganya, Southgate menempatkan Jordan Henderson bersama Ruben Loftus-Cheek atau Dele Alli. Lalu, Ashley Young dan Kierran Trippier ditempatkan sebagai bek sayap.

Peran Raheem Sterling dan Jesse Lingard yang sangat menarik. Posisi keduanya terlihat berbeda. Tak jelas apa posisi sebenarnya dari Sterling dan Lingard.

Namun, jika dilihat lebih jauh, Lingard dan Sterling selalu mengisi posisi satu sama lain. Saat Lingard bermain melebar, Sterling pasti ada di belakang Kane. Begitu pula sebaliknya.

Skema ini mengingatkan kita pada ide mantan manajer Arsenal, Herbert Chapman, di era 1925. Saat itu, Chapman memperkenalkan skema 3-2-2-3 yang dikenal sebagai WM.

Cara ini diterapkan Chapman agar tercipta keseimbangan di lini tengah dan belakang. Saat bertahan, sektor belakang bisa diisi lima hingga tujuh pemain.

Kemudian, saat menyerang, tiga pemain sudah menunggu di lini depan dan bisa ada lima sampai tujuh pemain yang menggempur pertahanan lawan. Tercipta pula keseimbangan dalam penguasaan bola di lini tengah.

Pemandangan ini sudah terlihat di Inggris. Saat lawan Tunisia dan Panama, para pemain Inggris dengan luwes menerapkan skema tiga bek ala Southgate.

Memang, masih terlalu dini dalam menilai penampilan Inggris di Piala Dunia 2018. Sebab, dua lawan mereka kualitasnya masih jauh lebih buruk.

Namun, setidaknya ini jadi salah satu modal bagi Inggris. Kane pun merasa begitu terbantu dengan skema seperti ini.

"Banyak pemain bagus di belakang saya. Harapannya, tren positif ini berlanjut," ujar Kane.

Selain sistem tiga bek, ada senjata lain Inggris. Mereka bermain dengan gaya Inggris sejati, menggunakan pemain Nomor 9 dan memanfaatkan skema-skema bola mati.

Para pemain Timnas Inggris merayakan gol John Stones (ketiga dari kanan)

"Marginnya bagus. Jadi, kami bisa memanfaatkan bola mati menjadi sesuatu yang sangat berharga," terang Southgate.

Semua sistem ini ternyata sudah diperhitungkan dengan matang oleh Southgate. Dia melihat ada potensi yang disimpan oleh skuatnya untuk menjalankan skema neo-klasik miliknya.

"Perjalanan kami masih panjang. Dan banyak tantangan yang akan dihadapi di laga-laga selanjutnya," tegas Kane. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya