Kompetisi Terhenti, Wasit Liga 2 Jual Es Buah Demi Sambung Hidup

Ilustrasi wasit.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Kompetisi sepakbola Indonesia yang masih belum jelas kapan bakal bergulir kembali akibat pandemi virus corona COVID-19 memberikan dampak besar pada kehidupan seluruh ekosistemnya, mulai dari federasi, klub, pemain, hingga perangkat pertandingan.

Bhayangkara FC Dibekuk Persib, Pelatih Soroti Emosi Pemain Lepas Kontrol

Situasi ini, mau tak mau membuat beberapa di antaranya banting setir demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya adalah wasit yang bertugas di Liga 2, Marjukih. Dia mengaku harus banting setir menjadi tukang es buah dan es kelapa agar dapur bisa tetap ngebul.

Jurnalis Saksi Mata Tragedi Kanjuruhan Bikin Aksi Solidaritas untuk Korban

"Karena sekarang pandemi, mau tidak mau beralih profesi dulu,” ujar Marjukih saat dihubungi.

Kegiatan ini dilakukannya bahkan sebelum memasuki Bulan Suci Ramadhan. Dia berjualan di dekat rumahnya yang terletak di wilayah Kalideres, Jakarta Barat. Berdagang es buah bahkan menjadi mata pencaharian utamanya saat ini.

PSM Tak Pasang Target Tinggi di Piala Presiden 2022 

“Memasuki Ramadhan, dagangan digelar mulai sore sampai sehabisnya saja,” kata dia.

Sebenarnya, berdagang es bukan hal baru bagi Keluarga Marjukih. Hanya saja, dulu berjualan es cuma berstatus sebagai usaha sampingan yang dilakukan istrinya.

Usaha ini baru berjalan setahun belakangan. Namun, karena kompetisi terhenti dan dia tak memiliki pemasukan karena honor wasit dibayar per pertandingan, maka Marjukih berinisiatif untuk ikut terjun berdagang es yang dijualnya seharga Rp5.000 per porsi.

“Saya menjual es buah dan es kelapa, yang penting halal dan yang utama biar ada pemasukan. Situasi saat ini kan tidak ada kegiatan wasit, yang honornya dihitung per pertandingan,” tutur Marjukih.

Marjukih melanjutkan, berjualan es harus dilakukannya tak cuma untuk sekadar bertahan hidup. Keuntungan dari hasil penjualan juga disisihkannya untuk membayar utang.

“Surat tanah (sertifikat) rumah ini disekolahin (digadaikan). Jadi setiap bulan, saya memikirkan untuk membayarnya. Pengeluaran saya setiap bulan Rp3 juta termasuk membayar utang terkait sertifikat yang digadaikan. Jadi, pendapatan

kotor Rp 500 ribu-600 ribu per hari dari hasil dagang masih menutupi,” ungkap dia. 

Baca juga: 

Solidaritas Pandemi Virus Corona, Gabriel Jesus Sumbang 3 Ton Makanan

Penyesalan Mantan Raja Gol Eropa Jadi Culun Gara-gara Gabung ke Inter?

Premier League Bisa Tuntas Juli 2020 Asal Lakukan Hal Ini?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya