Ada Apa dengan Persipura?

Pemain Persipura Jayapura.
Sumber :
  • Instagram@persipurapapua1963

VIVA – Persipura Jayapura sedang dalam sorotan. Sebab, manajemen mengeluarkan pengumuman telah melepas dua pemain senior, Boaz Solossa dan Yustinus Pae dengan alasan tindakan indispliner.

Tanpa Gol di Laga Persipura Jayapura Vs PSM Makassar

Kabar itu membuat para pendukung tim berjuluk Mutiara Hitam meradang. Mereka menganggap manajemen telah mengambil keputusan yang salah. Kedua pemain tersebut adalah aset berharga Persipura yang sudah banyak menyumbang prestasi.

Tapi manajemen bergeming. Mereka tetap tegas kepada keputusan itu karena ingin ke depan tidak ada lagi tindakan indispliner terjadi di dalam tim. Hal ini disinyalir menjadi buntut dari ricuhnya pertandingan uji coba melawan Persita Tangerang beberapa waktu lalu.

Preview Pertandingan Liga 1: Persikabo vs Persipura Jayapura

Ketika itu terjadi kericuhan yang membuat pelatih Jacksen F. Tiago kecewa sekali. Dalam wawancara yang diunggah Youtube resmi klub, dia bercerita panjang lebar soal adanya persoalan yang disebabkan beberapa oknum dalam tim jelang uji coba.

Hal itu memberi pengaruh besar ke dalam tim. Padahal secara permainan, diakui Jacksen para pemain sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Tapi faktor non teknis inilah yang mengganggu sekali.

Persipura Jayapura Masih Berada di Zona Degradasi Usai Bungkam Borneo

"Terjadi beberapa persoalan dalam tim kita sebelum bertanding yang sangat berdampak kepada segala aspek dalam tim kita," kata Jacksen.

"Sekali lagi kita berhubungan dengan tindakan indispliner dalam tim. Jujur secara pemain saya puas dan evaluasi dalam meeting sudah ada perkembangan, tapi ada indispliner dari beberapa oknum yang sangat merugikan tim kita. Puncaknya dalam pertandingan (melawan Persita)," imbuhnya.

Berpikir untuk Hengkang

Jacksen sempat berbicara tegas kepada para pemain terkait hal ini. Persipura yang akan bertanding di Piala AFC tak seharusnya melakukan tindakan buruk seperti itu. Karena dampaknya pasti akan sangat merugikan.

"Saya bicara sebagai seorang pelatih dan asing di Indonesia. Saya punya keinginan secara pribadi. Saya pergi ke Penang dan ada klausul bonus jika membawa tim ke AFC, begitu juga tiga tahun di Barito Putera. Bonusnya sangat besar. Di Barito Putera kalau tidak salah sampai Rp500 juta. Karena saya punya cita-cita kembali ke level sebagai seorang pelatih yang punya ambisi," tuturnya.

"Jujur di Persipura saya tidak punya klausul itu dalam kontrak. Dan saya mampu membawa klub ini ke AFC. Saya sampaikan kepada pemain ketika di lapangan tadi terjadi keributan. Saya kecewa, karena jika kita lakukan di AFC kita kena diskualifikasi dan sanksi seumur hidup. Saya sangat malu sebagai pemimpin tim ini, dan jadi bukti saya tidak bisa membina tim ini dengan baik sampai saat ini, sampai pemain lepas kontrol," tambah Jacksen.

"Jujur kekecewaan saya tadi sangat besar sekali. Target saya bukan main di Liga Indonesia yang mungkin tindakan seperti itu tidak mendapat hukuman atau wasit tidak kasih kartu. Tapi di level internasional, jika terjadi itu, harga diri saya sebagai pelatih Brasil itu tercoreng dan saya selalu bilang, sebelum membawa klub mana saja, saya punya harga diri yang jauh lebih tinggi dari lambang apapun. Saya berusaha menjaga itu sebaik mungkin."

Masalah internal Persipura ini diakui Jacksen sempat membuatnya berpikir untuk hengkang. Apalagi dia begitu terkejut mendengar kabar ada tindakan indispliner jelang uji coba melawan Persita.

"Kalau saya sangat sulit bicara, karena itu sebuah persoalan yang berhubungan dengan jati diri seseorang. Persoalan itu harus kita selesaikan secara internal. Ini persoalan yang besar. Jujur, sebelum pertandingan tersebut, saya berpikir banyak hal, keputusan buruk yang bisa ambil. Keluar dari tim dan banyak hal," ujar Jacksen.

"Jujur tadi saya sangat kecewa sekali. Karena itu terjadi dalam beberapa menit sebelum menyampaikan susunan pemain, disampaikan kabar soal itu sehingga itu membuat saya terpukul sekali secara pribadi dan emosional."

Memilih Diam

Mantan pemain Persebaya Surabaya itu juga tak mau terlalu banyak bicara ke publik. Karena dia menyadari akan memberi dampak buruk kepada orang dalam tim lainnya.

"Saya mau menjauhkan diri dari kejadian itu. Susah saya bicara tim ini seperti apa ke depan. Berat. Saya bukan orang Papua, karena jika kita bicarakan apa yang terjadi, kita menyakiti perasaan beberapa orang dalam tim, sehingga saya lebih memilih diam," katanya.

"Saya secara pribadi akan melakukan apa yang saya kira pantas dilakukan untuk tim ini menjadi lebih baik. Saya tidak tahu apakah itu berdampak kepada kehadiran saya dalam tim ini atau tidak. Yang jelas kita harus melakukan beberapa langkah yang bisa membuat langkah ini menjadi lebih baik."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya