Logo BBC

Singapura Kirim Para 'Detektif' untuk melacak Wabah Corona

Salah satu upaya pencegahan Virus Corona COVID-19 di Singapura.
Salah satu upaya pencegahan Virus Corona COVID-19 di Singapura.
Sumber :
  • bbc

Kadang-kadang petugas juga mendapat bantuan dari departemen investigasi kriminal, biro narkotika, dan dinas intelijen polisi.

Mereka menggunakan rekaman CCTV, visualisasi data dan investigasi untuk membantu mereka melacak kontak yang identitasnya tidak diketahui, misalnya penumpang taksi yang tidak melakukan pemesanan aplikasi, atau membayar dengan uang tunai.

Bukti efektivitas langkah ini terlihat dari kasus Julie. Ia pergi ke rumah sakit dengan keluhan pusing dan demam pada awal Februari.

Kurang dari satu jam dari saat para dokter menyatakan dia terinfeksi virus itu, sistem itu langsung berjalan.

"Saya sedang terbaring di ranjang rumah sakit ketika saya ditelpon," kata Julie. Yang terjadi selanjutnya adalah sejumlah pertanyaan cermat tentang semua yang telah dilakukan Julie dan semua orang yang dia temui selama tujuh hari terakhir.

"Mereka ingin tahu saya bertemu dengan siapa, apa yang saya lakukan, siapa nama mereka dan nomor kontak mereka.

Pihak berwenang mencari kontak dekat, biasanya seseorang yang menghabiskan lebih dari 30 menit dengan orang yang terinfeksi, dalam jarak 2m.

"Mereka tidak tertarik untuk mengetahui orang-orang yang berpapasan dengan saya, walaupun itu orang yang saya kenal. Mereka mencari orang-orang yang menghabiskan beberapa waktu denganku."

Julie berbicara dengan pelacak kontak selama hampir tiga jam. Di akhir panggilan telepon itu, dia telah mengidentifikasi 50 orang. Semua dihubungi oleh Kementerian Kesehatan, dan mereka pun menjalani karantina selama 14 hari.

Tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan gejala virus itu.

Graphic showing how contacts are traced in Singapore

BBC

 

`Standar emas`

Pelacakan kontak bukanlah hal baru - sistem ini telah digunakan selama beberapa dekade untuk melacak pasien yang kemungkinan telah menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Namun, sistem yang diterapkan Singapura saat masa krisis ini telah dipuji oleh para ahli epidemiologi dari Harvard. Mereka mengatakan sistem itu sebagai "pendeteksian standar emas yang hampir sempurna".