Logo BBC

Singapura Kirim Para 'Detektif' untuk melacak Wabah Corona

Salah satu upaya pencegahan Virus Corona COVID-19 di Singapura.
Salah satu upaya pencegahan Virus Corona COVID-19 di Singapura.
Sumber :
  • bbc

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memuji Singapura karena telah proaktif bahkan sebelum kasus pertama terdeteksi.

Tidak seperti Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa, Singapure mulai pelacakan kontak sejak awal bahkan sebelum penyebaran komunitas.

"Jika terlambat, maka semuanya menjadi lebih sulit untuk dilakukan, karena ada begitu banyak kasus," kata Dr Siousxie Wiles, seorang profesor di Universitas Auckland di New Zealand.

Tetapi tingkat presisi dan deteksi yang digunakan di Singapura tidak akan mungkin diterapkan di sebagian besar negara.

Tidak banyak negara yang memiliki tingkat pengawasan yang dimiliki Singapura. WHO mengatakan kepada BBC melalui surel bahwa sistem itu, "telah memungkin untuk mendeteksi dan mengelola kasus secara cepat".

Hal itu juga didukung oleh perilaku patuh dari masyarakat umum - ketika pemerintah menelepon dan mengajukan pertanyaan kepada Anda, hampir pasti semua orang akan bekerja sama.

Coronavirus: What you need to know graphic featuring three key points: wash your hands for 20 seconds; use a tissue for coughs; avoid touching your face

BBC

Menurut Undang-Undang Penyakit Menular Singapura, menolak untuk bekerja sama dengan polisi dalam upaya mereka mengumpulkan informasi merupakan sebuah tindakan ilegal.

Hukumannya adalah denda S$10,000, atau sekitar Rp110,3 juta, maupun penjara selama enam bulan - atau keduanya.

Dua warga negara China telah didakwa atas tindakan tersebut karena memberikan informasi yang tidak benar kepada polisi tentang keberadaan mereka selama pelacakan kontak. Conceicao mengatakan dalam hampir semua kasus, orang-orang sangat akomodatif.

"Mengerahkan polisi untuk melacak kontak dengan cara investigasi seperti di Singapura ini cukup unik," kata Chong Ja Ian, seorang profesor di Universitas Nasional Singapura.

"Tetapi di Singapura, ini merupakan sesuatu yang umum dan dikenal orang. Warga Singapura tumbuh dan hidup dengan masyarakat yang sangat terpantau, sehingga menjadi sesuatu yang normal bagi mereka. Wewenang yang dimiliki negara tidak banyak dipertanyakan, itu diterima begitu saja. Orang-orang telah belajar untuk hidup dengan ini."

Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan telah mengalami berbagai tingkat keberhasilan selama satu minggu terakhir, dimana masing-masing menggunakan berbagai strategi mulai dari big data (data umum), menjaga jarak sosial dan tes massal untuk menurunkan jumlah kasus.

Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya dengan populasi besar, layanan kesehatan dan sistem deteksi yang buruk seperti Indonesia, menemukan orang yang terinfeksi menjadi seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Mereka tidak tahu dari mana datangnya kasus selanjutnya.

"Masyarakat yang memiliki elit teknokratis yang kuat dapat melakukan perencanaan jangka panjang dan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi pada para ahli dan pemerintah merespons lebih baik terhadap wabah virus" kata James Crabtree, seorang profesor praktik di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura.