COVID-19 Bisa Menular ke Orangutan, Indonesia Diminta Lakukan Ini

Orangutan Borneo
Sumber :
  • healthy food house

VIVA – Kebun Binatang Bronx di kota New York, Amerika Serikat (AS) beberapa hari lalu menemukan harimau berumur empat tahun yang terinfeksi Virus Corona COVID-19. Ilmuwan khawatir wabah ini menular ke spesies kera besar seperti orangutan maupun gorilla, karena DNA mereka yang 97-99 persen hampir sama dengan manusia.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Karena itu, kebun binatang yang ada orangutan seperti di Indonesia ataupun gorilla atau simpanse di Uganda, diimbau untuk tutup sementara. Dilansir dari situs Express, Jumat, 17 April 2020, Ian Redmond resah dengan spesies kera besar, mulai dari gorila hingga orangutan yang hampir punah.

Keadaan DNA mereka sangat rentan terhadap COVID-19, sehingga bisa saja menargetkan antibodi yang serupa. Kasus sebelumnya yang telah menyerang kera besar adalah ebola dan HIV.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Ia menjelaskan banyak bukti ilmiah menunjukkan bahwa kelompok ini rentan terhadap infeksi patogen yang menyerang pernapasan manusia.

"Kera besar sangat rentan terhadap infeksi dan mungkin tingkat kematiannya lebih tinggi dari manusia. COVID-19 adalah virus baru sehingga belum ada yang tahu tingkat kematiannya pada kera besar," ungkapnya.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Ian juga menyarankan untuk menutup sementara lokasi wisata kera besar dan meminimalkan penelitian. Saat ini sudah banyak lokasi wisata dan penelitian yang mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko, termasuk di Indonesia dan Uganda.

Studi yang dilakukan Universitas Emory pada 2012 menemukan 58 persen simpanse Uganda memiliki bakteri staphylococcus. Infeksi kemungkinan dibawa dari dokter hewan yang bekerja dengan simpanse.

Laporan lainnya dari Universitas Thomas Gillespie menyebut patogen baru pada manusia adalah ancaman untuk kera besar seperti orangutan. Hal ini karena filogenetiknya yang dekat dengan manusia sehingga berpotensi adanya pertukaran mikroorganisme.

Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Rahmat Bagja

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Ketua Bawaslu RI mengatakan bahwa Pilkada Serentak 2024 berbeda dan jauh lebih kompleks dibandingkan dengan penyelenggaraan pilkada serentak sebelumnya.

img_title
VIVA.co.id
22 April 2024