Perusahaan Gaptek Siap-siap Tergilas

ilustrasi transformasi digital.
Sumber :
  • VIVA/Tim Desain

VIVA – Perusahaan gaptek atau gagap teknologi siap-siap tergilas. Pandemi COVID-19 membawa perubahan mendasar dalam iklim bisnis global, karena memaksa perusahaan atau korporasi untuk mendesain ulang strategi transformasi digital alias harus tech savvy (melek teknologi).

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Menurut data Telstra, yang dikutip VIVA Tekno, Rabu, 19 Agustus 2020, menyebutkan sebanyak 93 persen korporasi menyatakan mereka telah mengubah prioritas teknologi informasi (IT). Baik secara bertahap, signifikan, bahkan sampai dramatis. Telstra merupakan perusahaan telekomunikasi dan teknologi asal Australia yang juga induk dari Telkomtelstra di Indonesia.

Direktur Pelaksana Telstra Wilayah Asia Pasifik, Marjet Andriesse, mengaku jika pandemi telah membuat bagaimana korporasi membutuhkan teknologi adaptif dan alat kolaborasi yang aman untuk memastikan konektivitas tanpa kendala, khususnya menghadapi kondisi bisnis yang tidak bisa diprediksi dan volatilitas pasar.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Baca: Indonesia Transformasi Digital, Ancaman Pengangguran di Depan Mata

"Iklim bisnis di Asia Tenggara dan Australia-Selandia Baru memiliki persiapan yang lebih baik dalam menghadapi pandemi dibandingkan wilayah lain. Mereka melihat tantangan COVID-19 sebagai katalis utama dalam strategi IT," ungkap Marjet.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Selain dua wilayah tersebut, Telstra bersama GlobalData juga mengumpulkan data lebih dari 120 pemimpin perusahaan di Asia Pasifik, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) untuk memberi wawasan tentang mengkalibrasi ulang strategi IT di saat pandemi.

Hasilnya menunjukkan korporasi di tiga wilayah itu sedang memperbarui strategi IT secara menyeluruh, dengan memprioritaskan proses kerja jarak jauh (remote). Hal ini termasuk berbagai inisiatif seperti memastikan para karyawannya bisa terus terhubung dengan aman saat mengakses aplikasi dan data.

Sementara itu, Direktur Layanan GlobalData, Dustin Kehoe menyebutkan, satu dari sepuluh perusahaan tidak memiliki Rencana Kesinambungan Bisnis (Business Continuity Plan/BCP) pra-COVID-19.

Sementara perusahaan atau korporasi yang memiliki BCP, hampir sepertiganya atau 29 persen tidak memiliki rencana untuk menanggapi peristiwa global yang tidak terduga seperti pandemi.

Untuk wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru hanya 22 persen korporasi yang mengaku memiliki BCP lengkap, serta menunjukkan kesiapan untuk menghadapi peristiwa besar, termasuk COVID-19.

Dustin juga menyebut solusi konferensi video dan pusat kontak berbasis cloud menjadi beberapa teknologi paling transformatif bagi perusahaan.

Saat ini video menjadi penopang utama kolaborasi di berbagai bidang, di mana sebanyak 98 persen responden melaporkan adanya peningkatan kebutuhan akan konferensi video untuk menggantikan pertemuan tatap muka.

"Kebutuhan itu (konferensi video) akan terus berlangsung sampai pascapemulihan COVID-19. Artinya ini sangat positif. Meskipun teknologinya selalu tersedia tapi tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan persepsi dari era sebelum dan setelah pandemi," ungkap dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya