Air Minum yang Dikonsumsi Manusia Harus Punya Kriteria

Air minum.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA – Air merupakan zat gizi dengan kontribusi terbesar dalam tubuh. Sebanyak dua per tiga komposisi tubuh merupakan air yang fungsinya tidak bisa digantikan oleh zat gizi lainnya.

Sebabkan Penyakit Kronis, Pakar Sebut Air di Atas Baku Mutu Tak Dapat Lagi Dikonsumsi

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia, Hardinsyah, setiap orang sangat memerlukan air sebagai salah satu zat gizi utama.

Air berperan penting dalam pencernaan, metabolisme dan berbagai kerja sel-sel tubuh untuk menjaga kondisi dan fungsi tubuh agar tetap baik dan sehat.

Kemasan Guna Ulang Dinilai Perlu Digalakkan untuk Kurangi Timbunan Sampah Plastik

"Tubuh tidak bisa memproduksi air, maka kebutuhan air perlu terpenuhi melalui konsumsi cairan dengan jumlah yang cukup dan berkualitas agar tubuh dapat berfungsi secara optimal. Hidrasi sehat akan mengoptimalkan proses pencernaan dan metabolisme pada tubuh kita untuk hidup sehat," kata dia, Selasa, 15 Februari 2022.

Lebih lanjut Hardinsyah mengungkapkan bahwa mineral merupakan mikronutrien yang dibutuhkan tubuh.

Jayabaya Ramal Kemunculan Gempa Besar hingga Renggut Korban Jiwa, Begini Terjemahannya

Kebutuhan mineral tubuh bervariasi dan masing-masing mineral memiliki kontribusi yang penting dalam membantu kerja metabolisme tubuh.

"Air mineral memiliki keunikan kandungan mineral alami dari alam yang baik untuk dikonsumsi dan memberikan banyak manfaat bagi metabolisme tubuh," tuturnya.

Senada, Peneliti Senior SEAFAST Center LPPM IPB, Ratih Dewanti-Hariyadi, menjelaskan bahwa untuk memberi manfaat yang optimal, penting diketahui serta menyeleksi sumber air yang dikonsumsi.

"Air minum yang dikonsumsi manusia harus memiliki kriteria mutu tertentu, di antaranya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa ketika diminum, serta memenuhi syarat keamanan, yakni tidak mengandung cemaran biologi, kimia maupun fisik dalam jumlah yang melebihi persyaratan," tegas dia.

Kendati nampak bersih, jernih, tidak berbau dan tidak berasa, air masih mungkin tercemar oleh mikroba patogen atau bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia yang dapat berasal dari pencemaran lingkungan, kegiatan pertanian, kegiatan domestik, serta pengendalian proses yang kurang baik.

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang memenuhi standard nasional yang mengacu pada pedoman internasional (Codex, WHO) dapat dihasilkan melalui pengendalian yang baik terhadap sumber air, teknologi penghilangan cemaran biologi maupun fisik yang tepat, serta penanganan dan/atau pengemasan yang baik pascaproses penghilangan cemaran.

Berdasarkan data Indeks Kualitas Air dari Badan Pusat Statistik atau BPS (2019), terdapat 10 dari 34 provinsi di Indonesia yang memiliki Indeks Kualitas Air rendah akibat berbagai kontaminasi.

Hal ini diperkuat dari data milik Kementerian Kesehatan (2020), yang menunjukkan bahwa 7 dari 10 rumah di Indonesia masih mengkonsumsi air dari infrastruktur yang terkontaminasi oleh bakteri E coli, dan hanya 11,9 persen rumah yang memiliki akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi.

Oleh karena itu, penyediaan air yang aman dan berkualitas serta jaminan ketersediaan yang berkelanjutan, khususnya di Daerah Aliran Sungai (DAS), menjadi tanggung jawab bersama.

“Berbagai upaya kolaboratif dapat kita lakukan untuk terus memastikan agar kualitas dan kuantitas air dapat terus terjaga, serta terjamin ketersediaannya," ungkap Head of Climate and Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni.

Dengan melibatkan berbagai mitra seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), akademisi dan masyarakat, ia mengaku telah mengembangkan berbagai inisiatif untuk melakukan upaya pelestarian air berbasis DAS, mendorong pengembangan pertanian berkelanjutan untuk menjaga kualitas air yang meresap ke tanah, serta melakukan efisiensi dan menjaga sirkularitas air pada proses produksi AMDK.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya