Bisnis Satelit Terbantu dengan Kehadiran 5G

Ilustrasi internet satelit.
Sumber :
  • The Times

VIVA Tekno – Bisnis satelit di Tanah Air sangat menjanjikan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, sementara infrastruktur telekomunikasi belum sepenuhnya merata hingga ke pelosok.

3 Faktor Cegah Operasi Intelijen Siber, Jangan Terbalik

Pengembangan satelit dapat memacu percepatan transformasi digital. Indonesia memiliki potensi nilai ekonomi digital yang diproyeksikan akan terus tumbuh hingga mencapai US$315 miliar (Rp4.725 triliun) pada 2030.

Meski begitu, industri ini menghadapi berbagai tantangan, seperti komunikasi dari smartphone langsung ke satelit. Menurut Chairman Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Anggoro Widiawan, hal tersebut akan memunculkan beberapa masalah baru terkait penggunaan frekuensi yang sama secara massal di kemudian hari.

Ada Lampu Jalan di Jakarta Bisa Terkoneksi sama Internet

"Satelit merupakan salah satu elemen penting untuk mendorong percepatan transformasi digital di Indonesia. Ini karena secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan besar yang membutuhkan konektivitas," kata dia, dalam Asia Pacific Satelit Communication System International Conference/APSAT 2023, di Jakarta, Selasa, 30 Mei 2023.

Tugas Nokia Sudah Tuntas

Satelit menjadi salah satu infrastruktur telekomunikasi penting dalam mewujudkan transformasi digital. Pemerintah membuka kesempatan bagi pelaku bisnis satelit mancanegara untuk mengembangkan infrastruktur.

Sebab, tidak dimungkiri jika pengembangan satelit masih bergantung pada teknologi asing. Inilah yang menjadi salah satu isu yang perlu mencari solusi bersama di tingkat Asia Pasifik, baik yang terkait teknologi maupun regulasi.

Anggoro menjelaskan, kehadiran 5G akan berpengaruh positif bagi ekosistem bisnis satelit karena membuat penggunaan bandwith menjadi efisien dan lebih terjangkau.

Akan tetapi mesti dipikirkan bersama-sama bagaimana teknologi yang terdahulu bisa menyesuaikan, termasuk peralihannya, sehingga baik bisnis maupun investasinya bisa terus berlanjut. Filing slot, lanjut Anggoro, yang menjadi masalah bagi Indonesia mengingat ada peran investasi yang tidak kecil.

Posisi Indonesia sangat diuntungkan karena berada di atas ekuatorial, tapi pada saat yang sama juga banyak satelit negara lain yang ditempatkan di atas posisi Indonesia yang diputuskan oleh International Telecommunications Union (ITU).

"Inilah yang kemudian mempengaruhi jumlah slot satelit bagi Indonesia," jelasnya. Ia juga tidak menampik pemakaian satelit di Indonesia sebagai tumpuan layanan telekomunikasi sudah tidak seperti pada era 1970 sampai 1990, karena kemudian peran ini kemudian diisi oleh industri seluler dan serat optik.

"Peran satelit saat ini tinggal 4 sampai 5 persen di layanan telekomunikasi Indonesia. Ke depannya, bisnis satelit investasinya mahal dengan durasi 15 tahun," papar Anggoro.

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya