Miris, Begini Kisah Tragis Taman Penis

Taman Haesindang (Taman penis) Korea Selatan.
Sumber :
  • Istimewa

Samcheok – Puluhan ukiran Penis raksasa banyak terlihat di sebuah taman di Korea Selatan (Korsel). Tak heran jika Taman Haesindang ini disebut juga sebagai Taman Penis.

Viral, STY Salami dan Peluk Seluruh Pemain Korsel usai Digilas Timnas Indonesia

Taman yang berlokasi di Kota Samcheok, Provinsi Gangwon ini, para pengunjung akan dipuaskan dengan pemandangan berbagai patung dan ukiran berbentuk phallus, bentuk alat kelamin pria dalam berbagai variasi menarik dan ukuran yang berbeda.

Taman Haesindang (Taman penis) Korea Selatan

Photo :
  • Istimewa
Anak Shin Tae-yong: Meskipun Warga Korsel, Saya Dukung Timnas Indonesia

Sepanjang mata memandang, semua patung dan ukiran yang ada di Taman Haesindang memiliki tema yang sama yaitu penis. Tak ketinggalan, bangku taman pun memiliki bentuk seperti kelamin pria.

Lalu, mengapa taman ini hanya menampilkan patung berbentuk penis saja? Ternyata ini memiliki kaitannya dengan latar belakang atau sejarah taman yang disebut-sebut tragis.

Ini Alasan Nathan Tjoe-A-On tak Ambil Penalti saat Timnas Indonesia Tekuk Korea Selatan

Kisah Taman Haesindang

Alkisah, pada suatu hari, seorang perempuan ditinggalkan oleh pasangannya di sebuah karang di tengah laut untuk pergi bekerja. Namun badai menghantam dan sang pria tidak dapat menjemput perempuan itu kembali karena sang pria itu tenggelam tersapu badai.

Setelah kejadian itu, warga desa tidak dapat menangkap ikan lagi. Mereka menduga hal itu terjadi karena kutukan sang perempuan. Kutukan itu disebut-sebut baru berakhir ketika serang nelayan buang air kecil ke laut.

Dari sinilah banyak orang berasumsi jika dengan memperlihatkan kemaluan pria akan meredakan kemarahan arwah perempuan malang itu.

Taman Haesindang (Taman penis) Korea Selatan

Photo :
  • Istimewa

Demi alasan untuk menenangkan arwahnya kembali, warga desa setempat membuat beberapa ukiran penis dari kayu dan melangsungkan sebuah upacara keagamaan di sana. Setelah beberapa waktu, ikan-ikan mulai kembali ke laut dan warga desa mulai dapat hidup kembali dengan tenang.

Cerita itu kini dikenal sebagai Legenda Auebawi dan Haesindang. Karang tempat perempuan itu tenggelam dinamakan Karang Auebawi sedangkan bangunan tempat upacara keagamaan dilangsungkan dua kali setahun dinamakan Haesindang.

Berdasarkan data yang diolah VIVA Tekno, sampai hari ini upacara tersebut masih terus dilangsungkan sebagai upacara adat tradisional.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya