Grab Pilih Hindari Rute Demo, Uber Potong Tarif

Demo tolak Uber dan Grab
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

VIVA.co.id – Demonstrasi besar-besaran ternyata berubah menjadi aksi anarki yang dilakukan para pengemudi taksi konvensional dalam memprotes transportasi online. Jika pihak Grab memilih menghindari jalan-jalan lokasi aksi, Uber malah menghilangkan sistem Surge di layanannya hari ini, Selasa 22 Maret 2016.

Nyerah karena COVID-19, Aplikasi Transportasi Online Pilih PHK Massal

Hal ini terpantau dari akun resmi keduanya, baik Grab maupun Uber. Dalam akun resmi Grab di Twitter, manajemen mengimbau para pengemudi Grab menghindari area-area demonstrasi.

"Kepada para penumpang seluruh layanan Grab: unjuk rasa di Kantor Kemenkominfo, Balai Kota dan kantor DPR telah melumpuhkan lalu lintas di beberapa lokasi. Kami mengimbau seluruh penumpang dan mitra pengemudi untuk tetap tenang, tidak terprovokasi utk melakukan tindakan anarki & menghindari area-area demonstrasi seperti Thamrin, Semanggi, Palmerah, Senayan dan Medan Merdeka," cuit pihak Grab dalam akunnya @GrabID hari ini.

Grab 'Bakar Duit' Rp7 Triliun di Vietnam, Takut Disalip Gojek

Selain meminta agar pengemudi tidak terprovokasi dan melakukan tindakan anarki, pihak Grab juga meminta pengemudi memantau terus informasi dan perkembangan yang terjadi, termasuk memastikan keamanan dan keselamatan keluarga serta teman-teman terdekat.

Berbeda dengan Grab, aplikasi Uber malah seolah-olah menantang demonstrasi dengan menghilangan sistem Surge di layanan mereka hari ini.

Pesaing Gojek dan Grab Janji Tidak Menaikkan Tarif saat 'Rush Hour'

"Jakarta, kami ingin membantumu beraktivitas dengan lancar. Hari ini, kami telah menonaktifkan Surge untuk membantumu sampai ke lokasi tujuan," tulis pihak Uber dalam akun Twitternya @UberJKT.

Para follower akun Uber ada yang mengucapkan terima kasih atas aksi ini. Ada juga sebagian yang menganggap langkah ini sebagai tindakan yang cerdas dalam menyikapi aksi demonstrasi yang terjadi hari ini.

Surge sendiri merupakan konsep kelipatan perkalian untuk tarif normal yang diberlakukan saat terjadi situasi high-demand (permintaan tinggi)  untuk armada Uber. Misalnya, ketika banyak permintaan dari pengguna tapi di satu sisi jumlah armada mitra yang tersedia hanya sedikit.

Sayangnya, baik Grab maupun Uber belum memberikan pernyataan resmi dalam menanggapi aksi demonstrasi ini. Padahal ribuan sopir taksi serentak berunjuk rasa di Jakarta pada Selasa, 22 Maret 2016. Mereka menuntut operasional taksi berbasis aplikasi online, seperti Grab Car dan Uber, dihentikan. Mereka telah berkumpul di sejumlah lokasi untuk kemudian bertemu di halaman gedung MPR-DPR di Senayan, Jakarta. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya