Webinar Literasi Digital: Pahami Etika Berjejaring, Jarimu Harimaumu

Ilustrasi digital.
Sumber :
  • Freepik

VIVA Edukasi – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi para guru dan siswa di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.

Pembiayaan Kendaraan Listrik Adira Finance Semakin Meningkat

Kegiatan yang dilaksanakan secara webinar ini berlangsung Jumat 26 Agustus 2022 yang dimulai pukul 14.00 – 16.00 WIB dengan peserta sebanyak 1.959 orang. Adapun program literasi digital #Makin Cakap Digital ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.

Kemenkoimfo san Siberkreasi Gelar Webinar Literasi Digital

Photo :
  • Siberkreasi
Cara Meningkatkan Cuan di Era Digital

Ini lantaran menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang. Selain itu berdasar laporan HootSuite dan We Are Social, pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta jiwa pada awal tahun 2021, atau meningkat 15,5% dibandingkan awal tahun sebelumnya. Itu merupakan 73,7% dari total populasi Indonesia.

Dan pandemi yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 telah meningkatkan penggunaan internet dan mempercepat adopsi digital pada kegiatan sehari-hari. Kegiatan seperti belajar mengajar di rumah, bekerja dari rumah, berbelanja hingga pemeriksaan kesehatan dilakukan menggunakan aplikasi digital.

Curhat UMKM Omzet Terdongkrak Pakai Layanan QRIS: Tak Bawa Cash Tetap Beli

Kemenkominfo bersama Siberkreasi pun merespons itu dengan program literasi digital nasional yang mengusung tema “Etika Berjejaring: Jarimu Harimaumu!”

Di mana webinar itu menyuguhkan materi yang didasarkan pada 4 pilar utama Literasi Digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Ilustrasi hoax.

Photo :
  • Istimewa

Webinar ini diawali dengan sambutan dari Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pengerapan, yang memaparkan masifnya penggunaan internet di Indonesia yang membawa serta resiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying, dan kontenkonten negatif lainnya, sehingga peningkatan penggunaan teknologi ini perlu diimbangi dengan kapasitas literasi digital yang mumpuni.

“Saat ini indeks literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5. Yang artinya masih di kategori sedang, belum mencapai kategori baik. Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital agar selalu siap mengawal percepatan transformasi digital nasional,” ujar Semuel Abrijani Pengerapan dalam keterangannya yang diterima VIVA, Jakarta, Minggu (28/8).

Sedangkan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Jhonny G. Plate dalam kesempatan itu menjelaskan jika Kementrian yang dipimpinnya juga fokus memberikan literasi digital kepada kelompok pendidikan. “Sejak dilaksanakan pada tahun 2017, program lieterasi digital telah menjangkau lebih dari 12,6 juta masyarakat, setidaknya di tahun 2022 ini akan diberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta masyarakat. Kementrian Kominfo juga akan berfokus memberikan literasi digital kepada kelompok pendidikan. Para peserta akan diberikan pelatihan literasi berdasarkan pada empat pilar,” jelas Menkominfo.

Untuk webinar Sektor Pendidikan Wilayah Sumatera di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan ini, tampil sebagai narasumber pertama Iswan Djati Kusuma, yang merupakan Kepala SMA Negeri Sumatera Selatan yang membawakan materi Etika Digital.

Ia memaparkan jika media sosial perlu pemahaman yang baik yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan banyak orang, maka perlu adanya pemahaman kultur, perlu adanya etika dalam penyampaian informasi di media sosial.

“Untuk menjaga etika tersebut kita punya tiga prinsip dalam mengunggah konten, contohnya tidak menghina orang lain, jangan kita pikirkan saat ini tapi kita pikirkan ke depannya. Pada saat kita unggah itu apakah melanggar hukum atau menanamkan prinsip kehati-hatian, berpikir sebelum menulis itu penting dan yang paling penting yang kita sampaikan harus inspiratif, ujar Iswan.

Terdapat pula narasumber lainnya yakni Eka Y. Saputra yang merupakan Konsultan Teknologi Informasi yang membawakan materi Keamanan Digital. Dalam materinya itu ia memaparkan jika inti keamanan digital adalah bagaimana bisa berselancar di internet dan tetap menjaga keselamatan pribadi dan tidak mencelakai diri sendiri dan orang lain.

“Ada macam-macam keamanan digital, keamanan gawai, waspada keamanan digital yang kasar dan hoax, mulai sekarang hati-hati ini pentingnya untuk keamanan digital seseorang, risiko keamanan informasi, juga pelecehan seksual, dan pelecehan psikis,” jelas Eka.

Sedangkan pemateri terakhir yakni Santi Indra Astuti yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung, dan penggiat Japelidi. Ia tampil membawakan materi Budaya Digital. Menurutya budaya digital adalah kemampuan individu dalam menguraikan, membaca, yang sangat berkaitan dengan pembangunan karakter.

Ia pun mengajak bersama-sama merangkul kelompok disabilitas untuk diberi fasilitas, juga berkolaborasi bersama-sama untuk membangun ruang digital dan beraktivitas dengan aman dan nyaman di ruang digital.

Di akhir sesi, para peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan dijawab langsung oleh narasumber. Seluruh rangkaian webinar ini dipandu oleh moderator Yudha Prawira Hasta. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya