Logo ABC

Kehidupan 2 Keluarga Multi Budaya Indonesia di Australia

Keluarga Hainsworth dari kiri: Ellyse, Monalisa, Lukman (Lucas) dan Myiesha.
Keluarga Hainsworth dari kiri: Ellyse, Monalisa, Lukman (Lucas) dan Myiesha.
Sumber :
  • abc

Di sanalah Lukman bertemu dengan saya. Saya salah satu dosen yang terlibat dalam program tersebut. Lukman mengaku love at the first sight (jatuh cinta pada pandangan pertama). Setelah program intensifnya selesai (January 2007), Lukman harus kembali ke Australia, dan sejak saat itu kami pacaran jarak jauh.

Setelah menjalankan hubungan jarak jauh (long distance relationship) selama hampir 1 tahun, melalui telepon Lukman bilang dia mau menikahi saya. Awalnya itu sangat berat meyakinkan kedua orangtua saya dan juga keluarga besar tentang keinginan kami untuk menikah, apalagi orangtua dan keluarga besar belum pernah bertemu secara langsung, hanya melalui telpon rutin.

Banyak kekhawatiran dan ketakutan-ketakutan yang keluarga sampaikan, bagaimana agama Lukman, keluarganya, kehidupan di Australia, pekerjaan saya nanti setelah menikah dan masih banyak lagi.

Tapi dengan tekad dan niat yang benar-benar serius, akhir November 2007 Lukman datang ke Padang menemui orangtua dan keluarga saya dan melamar saya. Satu minggu kemudian, tepatnya 7 Desember 2007, kami resmi menikah di salah satu masjid di Padang. Setelah 11 tahun menikah kami dikaruniai dua anak perempuan, Ellyse (6,5 tahun) dan Myiesha (enam bulan).

Dengan adanya perbedaan paling sedikit satu (bangsa), dan mungkin agama, mengapa dulu memutuskan untuk menikah?

Lukman mengenal Islam pada tahun 1997 di Al Azhar Jakarta. Waktu di Padang dia juga tertarik untuk belajar lebih dalam tentang Agama Islam dan memutuskan untuk mengucapkan syahadat di Masjid Westall, Victoria bulan September 2007.

Setelah masuk Islam, Lukman melamar saya melalui telepon karena dia sudah yakin bahwa dia memang cinta sama saya dan mau membangun keluarga dengan saya. Kami memutuskan untuk mengadakan acara sederhana di Padang dan pesta kecil di Melbourne supaya keluarga Lukman bisa hadir.

Apakah perbedaan itu sekarang sudah tidak ada lagi, misalnya dari sisi agama?

Sampai kapan pun perbedaan itu akan selalu ada. Tapi cara kami menyikapi dan mengatasinya semakin lama semakin baik. Dari sisi agama, alhamdulillah tidak ada perbedaan, karena saya tahu Lukman belajar dan menjalani dengan tulus untuk mengikuti rukun Islam.

Dan dari pertama bertemu sampai sekarang, saya tidak pernah memaksanya. Semua berasal dari keinginan dan kemauannya sendiri. Saya dibesarkan di budaya Minang dan Lukman dibesarkan dalam budaya Barat.