Kurang Konsumsi Garam Berisiko Kena Penyakit Jantung

Ilustrasi garam.
Sumber :
  • Pixabay/kaboompics

VIVA – Selama ini banyak yang menganggap bahwa makanan yang tinggi kadar garam berbahaya bagi tubuh. Tapi bukan hanya yang tinggi kadar garam, kurang konsumsi garam juga dinilai sama bahayanya. Menurut sebuah penelitian, keduanya berkontribusi terhadap masalah kesehatan jantung.

5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi, dari Buah Beri sampai Yogurt

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet baru-baru ini, yang mengikuti pola makan 95.767 koresponden di 18 negara, menemukan bahwa mengonsumsi 7,5 gram dan 12,5 gram garam (setara dengan 2 gram hingga 5 gram natrium) sehari membuat sedikit perbedaan.

Para ahli mengklaim bahwa konsumsi garam yang sangat rendah, di bawah 5 gram, membuat orang dalam penelitian tersebut memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang lebih besar.

Kolesterol Hingga Diabetes Bermunculan Usai Lebaran? Dokter Ungkap Penyebab dan Cara Atasinya

"Studi kami menambah bukti yang berkembang bahwa natrium memiliki peran menguntungkan dalam kesehatan kardiovaskular, tetapi berpotensi lebih berbahaya ketika asupan sangat tinggi atau sangat rendah," kata Profesor Andrew Mente, ahli kesehatan dari Universitas McMaster, Kanada.

Selama ini, makanan yang sangat asin dikaitkan dengan tekanan darah tinggi dan penyakit stroke. Ini terlihat jelas pada masyarakat dengan tingkat konsumsi garam yang tinggi, di atas 12,5 gram garam per hari, seperti di Cina di mana kecap digunakan secara luas.

5 Penyakit yang Sering Mengintai Usai Lebaran, Jangan Terlena Makan Opor dan Kue Kering!

Hingga saat ini, masih belum ada negara yang berhasil membawa asupan rata-rata orang dewasa di bawah ambang batas 5 gram per hari yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Meski asupan natrium yang rendah tidak mengurangi tekanan darah, itu juga mungkin memiliki efek lain, termasuk peningkatan hormon tertentu yang terkait dengan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular," kata Profesor Mente.

Meski begitu, ahli kesehatan lain menganggap bahwa penelitian ini mengundang kontroversi. Sehingga masih menjadi perdebatan di kalangan mereka.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya