Selain Ispa, Ini Penyakit yang Rentan Menyerang Kala Cuaca Panas

Ilustrasi cuaca panas.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Beberapa hari ini cuaca di berbagai wilayah di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada 23 Oktober lalu tercatat suhu tertinggi yakni 39,6 derajat Celcius di Tangerang. Kepala  Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin menyebut masyarakat masih harus mewaspadai suhu panas yang ekstrem hingga akhir bulan ini.

Sumatra Barat Berpotensi Diguyur Hujan Lebat dalam 3-4 Hari Mendatang, Menurut BMKG

Terkait dengan cuaca panas yang ekstrem, dr. Achmad Yurianto selaku Sesditjen P2P Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa perubahan cuaca, kelembaban dan suhu pada kondisi tertentu menyebabkan populasi nyamuk meningkat. Penyakit yang dibawa nyamuk pada periode ini seperti demam berdarah, malaria, chikungunya juga akan meningkat.

“Bukan hanya panas angin, saat kering juga akan membawa partikel debu yang bisa picu gangguan pernapasan. Sederhananya diawali alergi, kemudian memunculkan influenza hingga jika tidak terkendali akan sebabkan angka penyakit Ispa ini naik,” ujarnya di Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat 25 Oktober 2019.

Billy Syahputra Sedih Lihat Kondisi Kesehatan Ruben Onsu

Bukan hanya itu, potensi dehidrasi akibat perubahan cuaca ekstrem juga bisa terjadi. Maka dari itu, untuk tetap terhidrasi, ia menyarankan menjaga asupan air yang cukup. 

Dia menyebut kebutuhan air orang dewasa agar tetap terhidrasi sendiri adalah 2 liter per hari (tergantung aktivitasnya). Tubuh butuh terhidrasi untuk menjaga suhu dalam tubuh agar tetap stabil yaitu sekitar 37 derajat celsius.

Gempa Guncang Pacitan Pagi Ini Setelah Malang saat Dini Hari

“Komponen paling penting menjaga suhu tubuh tetap stabil adalah air. Kalau enggak ada candangan air dalam tubuh kita maka penguapan tidak terjadi akibatnya suhu meningkat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Achmad menjelaskan bahwa untuk menjaga suhu tubuh tetap di 37 derajat celsius adalah dengan cara dipancarkan. Salah satunya bergantung pada partikel di sekitarnya dan hambatan kalau seseorang menggunakan pakaian yang nilon, ketat, rapat dan sebagainya sehingga menghambat sirkulasi dan suhu tubuh akan mudah naik.

“Lalu hantaran, yaitu tergantung bagaimana konektivitas dengan suhu yang lebih dingin. Jika suhu tubuh naik dan tidak bisa dipertahankan di 37 derajat, yang pertama kali terganggu adalah pusat pengaturan suhu di otak yang dipahami sebagai heatstroke. Itu disertai pembengkakan otak dan sebagainya,” kata dia.

Yang juga perlu diketahui seseorang yang sudah memiliki penyakit kronis seperti jantung kronis dan gagal ginjal juga harus memproteksi diri pada perubahan suhu dan cuaca yang ekstrem saat ini. 

Caranya adalah agar selalu terhidrasi, sebab jika penderita jantung kronis yang mengalami dehidrasi ringan-sedang bisa menyebabkan kegagalan jantung. Demikian juga penderita gagal ginjal, jika mereka menderita dehidrasi ringan-sedang semakin mempercepat gagal ginjalnya, karena sudah struktur awalnya sudah tidak baik. 

"Tapi bagi yang sehat bugar enggak akan mudah terjadi," kata dia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menganalisis peta sebaran aliran sungai yang berhulu dari Gunung Marapi dalam rapat koordinasi penanganan dampak bencana banjir lahar dingin di Bukittinggi, Sumatra Barat, Rabu, 15 Mei 2024.

Masih Ada 1 Juta Meter Kubik Endapan Sisa Erupsi Teronggok di Marapi, Kata Kepala BMKG

BMKG mendeteksi masih ada sekira 1 juta meter kubik endapan sisa erupsi teronggok di Gunung Marapi yang berpotensi menjadi lahar dingin ketika hujan lebat mengguyur.

img_title
VIVA.co.id
22 Mei 2024