Kayu Manis hingga Cacing Tanah, Bahan Alam Ternyata Bisa Jadi Obat

Kayu manis.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan akan fokus melakukan riset di bidang kesehatan dan pangan sebagai prioritas. Salah satu yang ditekankannya yaitu bahan baku obat yang masih bergantung pada perusahaan di luar negeri.

Mengandung Banyak Vitamin dan Mineral, 3 Herbal Ini Bisa Bantu Lancarkan ASI

Prof. Bambang yang juga sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) itu terus mendorong langkah perusahaan swasta di Tanah Air terkait perkembangan bahan baku obat. Selain bisa menekan biaya import untuk bahan baku obat, juga turut memanfaatkan kekayaan flora dan fauna di Indonesia.

"(Biaya) import tinggi adalah bahan baku obat, di sini RnD (Risearch and Development) berfungsi (mencari) substitusi bahan baku obat berbasis kimia atau dari luar negeri, tapi berbasis tanaman ataupun flora Indonèsia yang sangat kaya. Kita ingin memanfaatkan kekayaan tanaman kita salah satunya untuk bahan obat atau kesehatan," ujarnya dalam kunjungannya ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group, Cikarang, Jawa Barat, Rabu, 8 Januari 2020.

Mengenal PT TSI, Perusahaan Rokok Herbal yang Bikin Ustaz Solmed Kaya Raya

Dikatakan Prof. Bambang, riset masih perlu difokuskan pada penyakit yang paling banyak di Indonesia. Dalam artian, kata dia, kebutuhannya paling tinggi, sehingga kemudian bisa dilakukan penelitian lebih lanjut untuk bahan baku tanaman untuk obat.

4 Resep Ramuan Herbal, Ampuh Atasi Insomnia

"Mana yang potensi dari fitofarmako itu yang bisa mengobati atau membantu mengurangi akibat dari penyakit itu. (Fokus) yang non comunicable disease yang paling besar penyebab kematian, kita fokus ke situ dulu, diabetes misalnya," ungkapnya.

Sejalan dengan itu, Executive Director DLBS, Dr. Raymond Tjandrawinata menuturkan, DLBS sebagai organisasi riset bahan alam hingga saat ini telah meneliti dan memproduksi bahan baku aktif obat herbal. Kegiatan riset di tingkat hulu ini dengan mengembangkan sediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari makhluk hidup.

"Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan 18 produk berizin edar Fitofarmaka dari 26 produk berizin edar Fitofarmaka di Indonesia,” kata Raymond di kesempatan yang sama.

Lebih lanjut menurut Raymond, bersama ratusan saintis, DLBS telah menghasilkan antaranya Inlacin yakni produk obat diabetes Fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang telah diekspor ke Kamboja dan Filipina. Selain itu, produk Fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung.

"Penemuan DLBS lainnya adalah Inbumin berbahan baku ikan gabus yang bermanfaat untuk membantu proses penyembuhan luka dan Disolf berbahan baku cacing tanah yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah," terangnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya