Ramai Soal Kaki Penyitas COVID-19 Menghitam, Ini Penjelasan Pakar

Ilustrasi pasien COVID-19.
Sumber :

VIVA – Infeksi COVID-19 tidak hanya menyebabkan masalah pada pernafasan. Infeksi COVID-19 ternyata bisa menyebabkan penggumpalan darah pada pasien. Hal ini sempat diceritakan oleh dr. Tirta dalam akun twitternya.

Dalam akun @tirta_hudhi, ia membagikan foto penampakan kaki seseorang yang menghitam. Dijelaskannya, kronologi tersebut berawal dari pasien yang tujuh hari telah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Pasien tersebut mengeluh kesemutan, kebas di kaki, lalu mulai sakit dan akhirnya kakinya menghitam.

"Ini adalah contoh kondisi kaki pasien post covid, akibat DVT dan akhirnya mengalami nekrosis. D Dimer sangat tinggi. Kronologis, 7 hari setelah sembuh cvd, mengeluh kesemutan, kebas di kaki, lalu mulai sakit, dan akhirnya mulai menghitam," cuit, dr. Tirta dalam akunnya.

Lantas apa yang terjadi pada penyintas tersebut?  Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Vito Damay, Sp.JP(K), M.Kes, FIHA, FICA FAsCC mengatakan, pembekuan darah bisa menyebabkan permasalahan tersebut.

"Ya memang kita tidak ada yang tau persis kejadiannya bagaimana, dr Tirta juga ada benarnya karena kami membahas soal d dimer juga yang memang biasa melonjak pada pasien COVID-19. Akibatnya terjadi bengkak pada jaringan kaki dan menghimpit pembuluh darah arteri," kata dia kepada VIVA, Rabu 11 Agustus 2021.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Vito, COVID-19 ini dan menyebabkan peradangan di sel endotel (sel permukaan pembuluh darah). Ibarat pipa, kata Vito jika bagian dalam sel itu rusak oleh peradangan akibat COVID-19 dapat memicu pembekuan darah dan menutup aliran darah ke sel-sel.

"Apalagi kalau seseorang itu sudah punya plak di pembuluh darahnya (penyempitan) misalnya akibat tumpukan kolesterol jahat, penyakit gula dan obesitas. Tambah memicu lagi kerusakan endotel itu dan trombosis (pembekuan darah). Jadi apabila terjadi demikian maka aliran darah yang isinya oksigen dan nutrisi tidak bisa sampai di ujung sel maka jadi mati selnya dan membusuk," kata Vito menjelaskan.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

Maka dari itu, penting bagi pasien untuk mengetahui kondisinya. Dengan mengukur saturasi bukan hanya di satu jari saja tapi juga di jari-jari kaki.

"Sementara dirawat COVID-19 usahakan banyak bergerak (bukan olahraga) tapi gerak badan. Paling gampang ya bersihin kasur sendiri bersihin perangkat makan sendiri. Cuci baju sendiri kalau sanggup. Ini mengurangi risiko penggumpalan darah," kata dia.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Selain itu, Vito juga memberikan sejumlah tanda-tanda yang perlu diwaspadai oleh pasien dan penyintas. Mulai dari kaki tampak membesar apalagi hanya sebagian, awasi kaki jika kram kram memucat membiru atau tidak bisa digerakkan atau malah mati rasa.

"Sebaiknya segera cek saturasi di ujung kaki terdekat. Waspada kalau punya komorbid penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes dan hipertensi atau obesitas. Selain itu, D dimer memang dianjurkan untuk diperiksa pada pasien COVID. Terutama yang kritis dan bergejala berat. Pada gejala sedang bisa diperiksa juga bila dianggap perlu (faktor risiko jantung dan pembuluh darahnya banyak)," kata Vito.

2 Keuntungan Bisa Didapat Konsumen dari Konsep Ini
Kepala Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO) di Indonesia John Chen.

Taiwan Siap Berbagi Pengalaman Pelayanan Medis dengan Indonesia

Taiwan berharap dapat meningkatkan kerja sama bilateral dengan Indonesia di bidang medis.

img_title
VIVA.co.id
14 Mei 2024