Banyak Masyarakat 'Kebal', Pakar Waspadai Lonjakan Kasus COVID

Ilustrasi vaksin COVID-19 untuk lansia.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Muhammad N Farid mengingatkan agar masyarakat tetap menjalankan vaksinasi booster COVID-19. Sebab, meski tren kasus menurun disertai peningkatan antibodi masyarakat, Farid meminta tetap waspada akan lonjakan kasus.

Arab Saudi Gandeng Bill Gates Berikan Vaksin Polio pada Jemaah Haji

Bukan tanpa alasan, peneliti UI itu menyebut bahwa peningkatan antibodi bukan berarti mencegah terjadinya infeksi COVID kembali. Apalagi, dari pengalaman sebelumnya, kasus tetap meningkat di tengah tingginya antibodi masyarakat Indonesia.

"Intinya adalah peningkatan antibodi tidak serta merta menurunkan terjadinya infeksi. Infeksi pasti masih akan terjadi, di DKI pada bulan Maret lalu misalnya (terjadi peningkatan). Meskipun Desember antibodinya meningkat, tetapi kasusnya akhirnya meningkat juga," ujar Farid dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan, Rabu 20 April 2022.

Penyakit Menular Arbovirosis Jadi Ancaman Baru, Menkes Budi: Lakukan 5 Hal Ini untuk Menanganinya

Seorang petugas kesehatan memperlihatkan botol vaksin vaksin COVID-19 buat Moder

Photo :
  • VIVA/Fajar Sodiq

Ada pun survei tersebut dilakukan di 21 kabupaten kota di pulau Jawa dan Bali sebagai asal dan tujuan mudik masyarakat. Sebanyak 2.100 sampel diteliti dengan masing-masing daerah diambil 100 sampel. Peningkatan antibodinya sendiri cukup signifikan sebanyak 94,5 persen pada Desember 2021 dan kini menjadi 99,2 persen pada Maret 2022

WHO: Imunisasi Global Menyelamatkan 154 Juta Jiwa Selama 50 Tahun Terakhir

Lebih jauh, Farid menyebutkan bahwa tak ada jaminan bahwa antibodi tinggi sebagai pencegahan 100 persen pada COVID-19. Bukti yang ada tetap menunjukkan kadar antibodi tinggi masih berisiko terinfeksi kembali di saat protokol kesehatan longgar.

"Dari bukti empiris baik yang memiliki kadar antibodi tinggi ataupun rendah tetap terjadi infeksi kembali," imbuhnya.

Kendati infeksi ulang tak dapat dicegah, namun Farid menegaskan bahwa vaksin mampu membuat gejala pasien lebih ringan bahkan mencegah kematian terjadi. Ini terbukti dari kasus rawat inap dan kematian COVID-19 saat ini jauh lebih rendah dibanding pada pertengahan tahun 2021 lalu di mana varian delta mendominasi.

"Meskipun infeksi tidak bisa dicegah 100 persen, tetapi data menunjukkan dengan adanya antibodi ini, vaksinasi maupun terinfeksi yang kita dapatkan menunjukkan perbedaan angka hospitalisasi dan kematian periode Delta dan periode Omicron. (Angkanya) Jauh lebih rendah pada periode Omicron," terangnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya