Anak Berisiko Tinggi Kena Penyakit Jantung, Apakah Bisa Dicegah?

Ilustrasi anak sakit.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Penyakit kardiovaskular (PKV) atau penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia. Penyakit ini umumnya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia. 

Adipati Dolken Berencana Gak Sekolahkan Anak, Netizen Setuju: Gak Kepake Juga Ilmunya

Proyeksi ke depan akan terjadi kematian akibat PKV sebanyak 23 juta per tahun pada 2030 dan akan menjadi penyebab kematian utama. Saat ini terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat PKV dan merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia. 

Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K), FACC, FESC, mengatakan, pada umumnya, manifestasi klinis PKV terjadi pada usia dewasa dan lanjut sebelum umur 60 tahun. 

Gelombang Panas di Gaza, 2 Anak Palestina Dinyatakan Tewas

"Namun proses pathogenesis aterosklerosis yang menyebabkan penyakit kardiovaskular telah terjadi sejak usia dini terutama pada masa anak dan masa remaja," ujar Prof. Sukman dalam keterangannya, Senin 11 Juli 2022. 

Ilustrasi jantung.

Photo :
  • Pixabay/sbtlneet
Jawaban Tak Terduga Seorang Anak saat Ditanya Alasan Tak Ingin Punya Adik, Takut Global Warming

Dengan demikian, menurutnya, faktor risiko kardiovaskular sudah dapat dideteksi pada masa anak dan remaja, yang sangat terkait dengan progresivitas proses aterosklerosis pada usia remaja dan dewasa. 

"Oleh karena itu, deteksi faktor risiko kardiovaskular secara individual dan intervensi pada masa anak dan remaja, merupakan strategi yang sangat penting untuk menurunkan risiko PKV pada usia dewasa," ungkap dia. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia pada 2016, penyakit jantung merupakan 35 persen dari seluruh kematian yang jumlahnya 1.863.000, disusul dengan kanker (12 persen) dan penyakit tidak menular lainnya.   

Sukman lebih lanjut mengatakan, meskipun belum ada penelitian epidemiologis yang menyeluruh di Indonesia. Namun, beberapa penelitian pada anak-anak sekolah menunjukkan tingginya faktor risiko kardiovaskular pada anak. 

Ilustrasi anak

Photo :
  • flickr

"Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan menurunkan kejadian PKV termasuk penyakit jantung koroner," jelasnya. 

Dalam hal PKV yang penyebabnya akibat proses aterosklerosis, maka makin banyak terdapat faktor risiko akan makin tinggi angka morbiditas dan mortalitas akibat PKV.  

Faktor risiko kardiovaskular terbagi dalam 3 kelompok, yakni faktor risiko yang dapat diubah (modifiable/ changeable), disebut juga sebagai faktor risiko tradisional meliputi hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas atau sedentary, diabetes mellitus, merokok dan hipertensi, juga ada faktor risiko intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan suscestibility, serta faktor risiko yang baru muncul (emerging risk factors) meliputi inflamasi atau infeksi sistemik, sitokine, CRP dan homosistein. 

"Faktor risiko yang ditemukan pada seorang individu akan menyebabkan disfungsi endotel vaskular sehingga terjadi penurunan produksi NO, peningkatan respons inflamasi endotel dan hyperplasia intima, yang pada akhirnya akan terbentuk lesi aterosklerotik yang akan menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Proses tersebut terjadi perlahan namun pasti dalam beberapa dekade kehidupan," paparnya. 

Ilustrasi kesehatan jantung.

Photo :
  • U-Report

Menurut ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu, terdapat 3 fokus utama yang dapat mencegah faktor risiko kardiovaskular pada anak dan remaja dari aspek promosi kesehatan, yakni nutrisi, aktivitas fisik, dan paparan tembakau atau rokok. 

"Nutrisi sejak bayi berupa pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan ternyata anak tersebut di sekolah lanjutan atas (remaja) mempunyai ketebalan tunika intima media arteri karotis lebih tipis dan berbeda secara bermakna dibandingkan pada remaja yang pada masa bayi minum susu formula atau ASI kurang dari 4 bulan," imbuhnya. 

"Hal ini membuktikan bahwa nutrisi yang baik anak sejak usia dini dapat mengurangi risiko terjadinya PKV akibat aterosklerosis di kemudian hari. Sementara itu, aktivitas anak yang kurang (sedentary lifestyle) dan paparan terhadap tembakau yang berlebihan telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PKV, khususnya penyakit jantung koroner yang saat ini menjadi penyebab kematian utama tertinggi di Indonesia," sambung dia. 

Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi, kata Sukman, menjadi kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut. 

Ilustrasi orangtua dan anak.

Photo :
  • Pixabay/ParentiPacek

"Masih tingginya angka kematian akibat PKV di Indonesia saat ini mungkin akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi faktor risiko kardiovaskular sejak usia dini dan remaja pada sekitar 90 juta anak Indonesia," pungkas dia. 

"Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang konkret dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” tutup Prof. Sukman Tulus Putra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya