BPOM Sebut Obat Anti Kanker Pertama Produksi RI Minim Efek Samping

Ilustrasi vitamin/obat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Obat anti kanker pertama produksi Indonesia telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kepala BPOM Penny K Lukito mengatakan bahwa produk obat anti kanker yang bersifat biomonoklonal ini diproduksi dengan minim efek samping serta harga yang relatif terjangkau.

Mengenal Penyakit Radang Usus, Bisa Sebabkan Kanker Usus Besar Jika Dibiarkan

Produk tersebut bernama Rituxikal buatan PT Kalbio Global Medika yang diindikasikan sebagai obat anti kanker, khususnya jenis kanker darah atau limfoma. Rituxikal merupakan Produk Biosimilar dengan kandungan zat aktif Rituximab yang digunakan untuk indikasi keganasan (kanker) pada Limfoma Non-Hodgkin (NHL) dan Leukemia Limfositik Kronik. Rituxikal tersedia dalam bentuk larutan konsentrat yang diberikan secara intravena.

"Obat ini untuk kanker limfoma. Obat kanker produksi dalam negeri yang pertama. Ke depan, ini seharusnya beri semangat untuk terus mengembangkan obat kanker lainnya, jenis kanker lain," ujar Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito saat hadir pada Konferensi Pers Persetujuan Produk Biologi Rituxikal (Rituximab), di Cikarang, Jawa Barat, Senin 30 Januari 2023.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

Konferensi Pers Persetujuan Produk Biologi Rituxikal (Rituximab)

Photo :
  • VIVA/Diza Liane Sahputri

Produk Biosimilar adalah produk biologi dengan zat aktif yang sama, di mana profil khasiat, keamanan, dan mutu serupa dengan produk biologi yang telah disetujui. Dalam hal ini, Rituxikal mengandung rituximab yang karakteristiknya similar (serupa) dengan rituximab inovator dengan nama dagang Mabthera.

Melahirkan Berulang Kali Dapat Menjadi Risiko Kanker Serviks, Benarkah?

"Sekarang orang-orang kalau obat kimia kan efek sampingnya ada ya. Kalau produk biologi efek samping lebih rendah sehingga ini jadi alternatif, dokter bisa milih pada stage (kanker) berapa, produk-produk biofarmako," tambah Penny.

Penny melanjutkan bahwa produk berbasis biologi ini bahan bakunya bukan berasal dari bahan kimia sintetis yang dapat memberi efek samping lebih besar. Untuk itu, Penny berharap agar inovasi serupa dapat dibuat lebih banyak sehingga penyakit kanker lainnya dapat diatasi.

"Kami mendukung produk-produk biofarmako berbasis biologis karena efek samping lebih ringan. Mudah-mudahan jadi inpsirasi dan inovasi lebih lanjut. Produksi ke sini dari hulu ke hilir dan kembangkan obat anti kanker lain. Insyaallah penyakit kanker bisa ditanggulangi sendiri dengan harga relatif lebih murah karena produksi sendiri dan kami siap mendampingi dan khasiat sesuai standard internasional," jelas Penny.

Rituximab sendiri merupakan produk antibodi monoklonal yang mengikat antigen transmembran CD20 pada limfosit sel B yang dihasilkan oleh sel kanker secara spesifik, sehingga menimbulkan reaksi imunologi yang memicu sel kanker lisis (pecah).

Ilustrasi penyakit kanker.

Photo :
  • U-Report

"Biologi adalah protein. Yang membuat protein bukan dengan reaksi kimia tapi dihasilkan sel hidup. Cara buatnya adalah kita kultur sel-sel hidup. Dalam hal ini gunakan sel mamalia yang sudah direkayasa genetik sehingga sel itu bisa hasilkan protein yang diinginkan," tambah Presiden Direktur PT Kalbio Global Medika, Sie Djohan, di kesempatan yang sama.

Sel tersebut ditumbuhkan di laboratorium dan selama prosesnya diberi 'makan' sehingga menghasilkan molekul yang menjadi calon bahan baku utama. Setelah ada molekul, maka dimurnikan oleh peneliti sehingga menjadi protein murni dan terciptalah bahan bakunya.

"Sel kanker itu kadang dia ekspresikan protein tertentu di permukaan selnya spesifik untuk sel kanker. Targetnya CD20. Kasus limfoma sel darah jadi kanker di permukaan sel ada CD20. Itu akan bereaksi dengan antibodi kita kaya kunci dan gembok. Sehingga sel itu mati artinya targeted hanya sel kanker. Sel sehat aman," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya