Rambut Rontok Hingga Mata Perih, Awas Tanda Gangguan Tiroid

Ilustrasi rambut rontok
Sumber :
  • Pixabay/ slavoljubovski

JAKARTA – Gangguan tiroid merupakan suatu kondisi medis dimana hormon tiroid yang diproduksi oleh kelenjar tiroid tubuh kita tidak sesuai dengan kondisi normal atau kebutuhan tubuh. Padahal, kelenjar tiroid merupakan kelenjar penting dalam tubuh manusia yang berperan dalam mengatur metabolisme dan kesehatan tubuh. 

Lewat Skrining Riwayat Kesehatan, Generasi Milenial ini Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan

Hormon tiroid sangat diperlukan untuk membantu tubuh menggunakan energi agar tetap hangat, serta membuat otak, jantung, otot dan organ lainnya bekerja sebagaimana mestinya.

Ilustrasi penderita penyakit tiroid.

Photo :
  • Pixabay
Mitos dan Fakta Mengenai Rambut: Uban, Stres dan Genetik

"Gangguan tiroid penting untuk diperhatikan karena jika tidak terdeteksi segera dan mendapatkan penanganan yang tepat, akan menyebabkan kondisi hipertiroidisme atau hipotirodisme yang dapat berdampak serius pada semua kelompok usia," ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, dalam keterangan pers Merck.

Lantas, gejala apa saja yang harus diperhatikan dari kondisi gangguan tiroid ini? Rupanya, gejala yang cukup khas ini kerap diabaikan. Mulai dari kenaikan atau perubahan berat badan, kulit terasa kering dan tidak nyaman dan keringat berlebih.

Ancaman Kebutaan Mengintai! 111,8 Juta Penduduk Indonesia Berisiko Glaukoma di Tahun 2040

Selain itu, muncul gejala berupa rambut kering, rapuh dan rontok. Serta kuku rapuh dan mengelupas. Terakhir, mata perih, kering dan seperti ada pasir. Namun sayangnya, masalah gangguan tiroid ini masih sering terabaikan lantaran jarang yang memahami gejalanya.

Peran Skrining Dini

Diperkirakan sekitar 200 juta orang di seluruh dunia terkena gangguan tiroid dan lebih dari 50 persen dari penderita gangguan tiroid tidak terdiagnosis. Di Indonesia, berdasarkan data tahun 2022, jumlah penyandang hipotiroid diperkirakan mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan diperkirakan masih sangat rendah yaitu 1,9 persen. 

Sedangkan jumlah penyandang hipertiroid diperkirakan mencapai 13,2 juta dengan tingkat penanganan yang diperkirakan juga sangat rendah, hanya 6,2 persen. Dirjen Maxi mengatakan bahwa peran skrining gratis mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap gangguan tiroid. 

"Untuk itu, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya deteksi dini dan diagnosis gangguan tiroid pada populasi dewasa yang berisiko tinggi, melakukan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) pada bayi baru lahir, dan memastikan pengobatan yang efektif untuk hipertiroid dan hipotiroid di Indonesia," tambahnya.

Ilustrasi kesehatan atau dokter.

Photo :
  • Pixabay

Penting juga untuk diketahui bahwa gangguan tiroid merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan. Oleh karena itu, pihak Kemenkes sangat menyambut inisiatif PT Merck Tbk bekerjasama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan InaTA cabang Jakarta melakukan kegiatan talk show Kenali Tiroid Anda (KITA) dan skrining gangguan tiroid gratis yang sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pemeriksaan gangguan tiroid di Indonesia.

"Skrining gratis yang kami lakukan bersama Merck ini merupakan salah satu upaya untuk mengetahui seseorang memiliki risiko gangguan tiroid. Hal tersebut penting dilakukan, karena jika memiliki risiko gangguan tiroid, maka harus segera mendapatkan perawatan yang tepat agar tidak berdampak serius terhadap kesehatan," tambah Direktur Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Ir. Renan Sukmawan, Sp.JP(K), PhD, MARS.

Untuk itu, guna menyediakan akses bagi masyarakat atau pasien dengan gangguan tiroid, RSCM Kencana juga telah memiliki Cluster Tiroid Terpadu dimana di dalamnya terdapat fasilitas dan peralatan yang lengkap, serta didukung oleh dokter dari berbagai multidisiplin yang berkolaborasi untuk dapat menangani pasien dengan gangguan tiroid.

Kegiatan yang merupakan bagian dari Program RAISE Tiroid ini dilakukan untuk mensosialisasikan gangguan tiroid, terutama untuk populasi dewasa berisiko tinggi. Sejak dimulai pada Mei 2023, program RAISE Tiroid telah melakukan pelatihan kepada lebih dari 2.600 praktisi kesehatan dan menyediakan pemeriksaan gangguan tiroid untuk lebih dari 19.200 pasien di 59 kota, 12 Provinsi.

"Jika tidak didiagnosis dan ditangani sejak dini, bisa mengakibatkan masalah kesehatan serius, bahkan bisa menyebabkan gangguan tiroid dan kesehatan ke anak," tambah Ketua Indonesian Thyroid Association Cabang Jakarta Raya (InaTA Jaya), dr. Dicky L. Tahapary, Sp.PD-KEMD, Ph.D.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya