Misophonia, Emosi yang Timbul Hanya karena Suara

Ilustrasi Marah
Sumber :
  • www.iluvislam.com

VIVA.co.id – Apakah Anda seperti ingin memarahi orang yang mengeluarkan suara seruput saat menyantap sup di restoran? Atau, merasa kesal dengan suara napas orang di sebelah Anda yang terdengar saat menonton bioskop?

Misophonia, Saat Suara Membuat Seseorang 'Gila'

Jika hal ini Anda rasakan, Anda tidak sendiri. Karena Anda adalah satu dari sekian banyak orang yang menderita keabnormalitasan otak yang disebut dengan misophonia.

Dikutip dari laman Time, misophonia merupakan gangguan di mana penderitanya benci mendengar suara orang makan, mengunyah, dan napas berat atau bahkan pena yang ditekan berulang-ulang. Kondisi ini mendapatkan namanya pada tahun 2001.

Duit Ditjen Holtikultura Kementan yang Mengalir ke SYL Bikin Kaget

Selama bertahun-tahun, sejumlah ilmuwan masih skeptis apakah kondisi ini merupakan penyakit medis asli. Tapi sekarang penelitian terbaru yang dipimpin oleh sebuah tim di Newcastle University, Inggris, membuktikan bahwa mereka yang menderita misophonia memiliki perbedaan pada cuping otak bagian depan dengan mereka yang tidak menderita gangguan ini.

Dalam sebuah laporan yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology, sejumlah ilmuwan mengatakan bahwa scan dari penderita misophonia menunjukkan perubahan pada aktivitas otak ketika pemicu suara didengar. Citra otak menunjukkan bahwa orang yang menderita kondisi ini memliki ketidaknormalan dalam mekanisme pengendalian emosi mereka.

Jadi Juragan Kontrakan, Haji Bolot Berangkatkan Haji dan Belikan Rumah untuk Saudara-saudaranya

Hal ini menyebabkan otak mereka bekerja lebih keras ketika mendengar suara pemicu. Para peneliti juga menemukan bahwa suara pemicu dapat memancing respon fisiologis yang meningkat yang juga meningkatkan detak jantung hingga berkeringat.

"Bagi banyak orang yang menderita misophonia, ini bisa menjadi berita sambutan karena untuk pertama kalinya kami menunjukkan adanya perbedaan dalam struktur dan fungsi otak pada penderita," kata Dr Sukhbinder Kumar dari Institute of Neuroscience di Newcastle University dan Wellcome Centre for NeuroImaging di University College London.

Dia menambahkan, penelitian ini menunjukkan perubahan otak kritis sebagai bukti untuk meyakinkan para komunitas medis yang skeptis bahwa ini adalah gangguan murni.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya