Menelusuri Jejak Istana Raja Gula Terkaya Asia di Semarang

Istana Balekembang Semarang
Sumber :
  • Viva.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Seorang warga Kota Semarang, Jawa Tengah rupanya pernah dinobatkan sebagai orang terkaya se-Asia. Cerita itu bukanlah kabar burung belaka, karena silsilah tokoh dan bukti peninggalannya masih ditemukan hingga kini. 

Libur Panjang Imlek, Intip 4 Wisata Menarik di Semarang Bernuansa Pecinan

Konglomerat kaya raya itu bernama Oei Tiong Ham. Raja gula Asia itulah julukan yang disematkan kepadanya pada sekitar abad ke-19 silam. Julukan itu muncul lantaran Oei Tiong Ham dikenal sebagai penguasa perdagangan gula yang paling sukses di masanya. Kala itu kekayaannya ditaksir mencapai 200 juta gulden (mata uang lama Belanda).

Jejak paling nampak Oe Tiong Ham bisa ditemui dari bangunan istana megah di Jalan Kyai Saleh Semarang. Istana megah itu bernama Balekambang. Saat ini bangunan tersebut dipergunakan sebagai kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional III Jateng-DIY. 

Mau Wisata ke Kota Lama dan Lawang Sewu Semarang? Naik Kereta Cuma Rp10 Ribu

Dikatakan istana, karena arsitektur bangunanya yang sungguh indah dan bernilai jual tinggi. Kemegahan itu nampak di hampir seluruh bagian bangunan hingga interior yang masih orisinil. Mulai dari lantai, tiang penyangga raksasa, ornamen kaca pada dinding hingga keberadaan sejumlah lukisan batu granit serta lampu gantung yang menawan. 

VIVA sengaja menelisik sejumlah bagian bangunan legendaris di Semarang itu. Konon, luas istana Balekambang milik Oe Tiong Ham sendiri seluas 93 hektare. Dulunya, bangunan istana bahkan sampai di wilayah kawasan kantor gubernur Jateng dan Simpang Lima. Tapi seiring waktu berganti, hanya bangunan itu yang kini tersisa dan masih bisa terbaca jejaknya. 

Cantiknya Jembatan Kaca Tinjomoyo Semarang, Kapan Dibuka?

Istana Balekembang Semarang

Erik, pria yang kesehariannya menjaga gedung ini menuturkan, bahwa dirinya sampai saat ini masih merasakan takjub atas bangunan istana Balekambang. Ia mengaku beberapa kali berpindah tangan dan fungsi. Namun, menurutnya, pamor istana Balekambang yang awalnya dibangun konglomerat kaya itu tetap menawan hingga kini.

"Tiap hari saya menjaga dan membersihkan gedung ini. Kesan paling melekat sebenarnya tak hanya keangkerannya, tapi lebih pada kemegahannya, " ujar pria 33 tahun itu kepada VIVA.

Kekaguman itu, lanjut Erik, karena seluruh arsitektur bangunan itu seolah menjadi saksi bisu betapa tersohor dan kayanya sang pemilik rumah kala itu. Terlebih bangunan dengan arsitektur Belanda itu banyak memakai bahan-bahan yang bernilai jual tinggi.

Bagian paling megah dan mengagumkan istana Balekambang sendiri berada di ruang utama. Mulai dari arsitektur ornamen langit-langit yang sungguh indah, serta dua lukisan pada batu granit di kanan dan kiri. Kesan elegan dan megah pun ditambah saat lampu gantung berukuran besar yang mampu menghangatkan suasana tersendiri. 

Istana Balekembang Semarang

Selain kesan megah istana Balekambang, menurut Erik, juga tak lepas dari sisi wingit dan angker. Ia mengaku telah sangat hafal dengan penghuni alam lain rumah itu. 

"Dulu saat rumah ini direnovasi kesan angkernya sangat terasa. Banyak tukang yang diikuti penghuni sini karena para tukang usil mengambil barang di rumah ini, " ujarnya. 
 
Di beberapa bagian ruangan, ia juga kerap mendapati sejumlah penampakan makhluk astral hingga mencium aroma jenazah. Tapi pengalaman mistik itu tak membuat Erik patah arang hingga tak kerasan menjaga rumah raksasa itu. 

"Mungkin yang bikin betah karena keindahan rumah yang memang seperti istana. Jadi saya berani saja, " ujarnya. 

Oei Tiong Ham sendiri lahir pada 19 November 1866. Ayahnya merupakan seorang pebisnis bernama Oei Tjien Sien asal Fukien atau Fujian, sebuah provinsi di selatan Tiongkok. Surat kabar pertama 'De Locomotief' yang berkantor di Semarang pada masa kolonial pernah menuliskan bahwa masa kejayaan si Raja Gula sendiri sekitar tahun 1920-an dengan kekayaan 200 juta gulden.

Selain gula, pria yang melahirkan bank Tionghoa di Jawa itu juga memiliki bisnisperkebunan tebu, perusahaan dagang, pelayaran, kontruksi, real estate dan perbankan.

Oei Ting Ham bahkan menjadi konglomerat pertama Indonesia yang melabeli group usahanya dengan namanya, yakni Oei Tiong Ham Concern” dan “NV Kian Gwam” dan bepusat di Semarang. Si Raja Gula sendiri diketahui  meninggal pada 1924 karena serangan jantung. Sejak saat itu, gurita bisnisnya lalu dijalankan anak-anaknya, hingga pada 10 Juli 1961 seluruh asetnya disita negara. 

Istana Balekembang Semarang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya