- AP Photo/ Michael Sohn
VIVAnews - "Sakitnya bukan main." Bagi Holger Radloff, tak ada kata lain yang bisa menggambarkan kepedihan saat diserang diare, sekaligus komplikasi ginjal yang fatal. Sambil terbaring di University Medical Center Hamburg-Eppendorf, ia menceritakan pengalamannya terkena hemolytic uremic syndrome (HUS). Sebabnya, terdengar sepele. Dia melahap sepiring salad berisi tomat, ketimun, tauge, dan daun selada.
Tapi sayur itu rupanya menjadi pangkal petaka. Seperti dilansir oleh BusinessWeek, Radloff, 49, yang sehari-harinya bekerja sebagai jurnalis yang memburu berita, kali ini justru pasrah diwawancarai wartawan. Ia adalah salah satu dari ribuan pasien yang dirawat gara-gara terkena infeksi racun bakteri E. coli yang menumpang sayur-sayuran tadi.
Rasa sakit tak terkira membuat Radloff selama beberapa hari hanya bisa menahan perih. Dia bahkan tak bisa menolong anak laki-lakinya, serta seorang kerabat yang juga tengah diserang penyakit yang sama. Radloff memang memakan salad itu bersama keluarga dan seorang kenalan keluarganya. Untung saja, istrinya lolos dari sergapan E. coli, dan anak perempuannya segera sembuh walau sempat mengalami gejala diare dan sakit yang hebat.
Kini, Radloff masih harus menjalani perawatan dialisis dan transfusi plasma darah. Kerjanya hanya tidur, bangun dengan perut lapar, makan banyak, merasa letih, dan tidur lagi. Radloff tak sendirian. Di UKE, rumah sakit terbesar di Hamburg, setidaknya ada 81 pasien dewasa dan 22 pasien anak-anak yang mengalami komplikasi ginjal setelah terinfeksi E. coli.
Di Jerman, lebih dari 2086 orang yang mengalami diare berdarah dan 722 orang mengalami komplikasi ginjal gara-gara E. coli. Setidaknya, 27 nyawa melayang dan 2909 orang yang terjangkit bakteri E. coli berbahaya ini, di seluruh dunia (Lihat Infografik: Invasi Bakteri dari Eropa). Tak ayal, wabah E. coli Jerman kali ini ditetapkan sebagai wabah E. coli paling mematikan sepanjang sejarah modern.