SOROT 253

Alissa Wahid: "Islam di Indonesia Belum Mampu Melindungi Minoritas"

Alissa Wahid, putri Presiden Gusdur
Sumber :
  • VIVAnews/Zahrul Darmawan
VIVAnews -
Diduga Karena Cemburu, Perawat di Lampung Tengah Babak Belur Dianiaya Pacar
Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman  atau biasa disapa Alissa Wahid, adalah putri sulung mantan Presiden RI ke-4, (Alm.) KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Gus Dur memerintah Indonesia pada 1999-2001.

Sebanyak Ini Uang Negara Untuk Subsidi Motor Listrik, Tapi Masih Kurang Laku

Alissa Wahid menyelesaikan pendidikan menengahnya  di SMA 8 Jakarta. Ia kemudian meneruskan kuliah di Fakultas Psikologi UGM pada tahun 1990-1999 hingga mendapat gelar Master Psikologi. Sehari-hari dia menyebut dirinya sebagai Psikolog Keluarga.
Tiket Promo Persib Bandung Vs Madura United di Final Liga 1 Habis


Berbeda dengan adiknya, Yenny Wahid, yang terjun di dunia politik praktis, Alissa lebih memilih bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. Ibu empat anak aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, salah satunya menjadi Kordinator Committee for Interfaith Tolerance Indonesia (Cinta Indonesia).

Alissa Wahid juga aktif sebagai Kordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian. Menurut Alissa, organisasi ini bukan didirikan untuk membangun kultus individu terhadap Gus Dur, namun lebih untuk memelihara semangat dan pemikiran Gus Dur. Salah satunya adalah semangat  toleransi dan pluralisme.

Dalam prakteknya, Alissa memang kerap berbenturan dengan tokoh ulama konservatif dan pemerintah. Pada perayaan Natal 2012 misalnya, Alissa menentang pendapat Majelis Ulama Indonesia yang mengharamkan umat Islam untuk mengucapkan selamat Natal bagi pemeluk agama Kristiani. Menurut dia, toleransi antarumat beragama harus dijunjung. Karena itu ucapan Natal kepada pemeluk Kristiani adalah wajar dan tak perlu dilarang.

Sebagai penasihat Wahid Institute, Alissa juga sempat prihatin dan terkejut saat mengetahui rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mendapat penghargaan World Statesman Award oleh lembaga Appeal of Conscience Foundation. Pasalnya penghargaan itu diberikan kepada tokoh yang dinilai berhasil menjaga perdamaian dan toleransi.

"Saya tidak pernah melihat SBY pernah mengunjungi korban kekerasan atas nama agama. Jadi keberpihakan formal tidak nampak. Penghargaan ini akan memberikan jusifikasi bagi kelompok ekstrim dan intoleran untuk terus melancarkan aksinya," ujarnya.

Menurut Alissa, pembiaran dan minimnya langkah yang diambil oleh SBY untuk mencegah diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok minoritas, itulah yang membuat pelanggaran kebebasan beragama di Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Lantas bagaimana Alissa Wahid melihat hubungan antara Indonesia dan Islam, berikut petikan wawancaranya:

Sebagai agama mayoritas, Islam punya kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan RI. Kita juga mencatat toleransi dan hubungan harmonis antar agama begitu kental dalam penyusunan UUD 1945. Namun belakangan ini kita kerap mendengar intoleransi meningkat. Bagaimana Anda melihat Islam dan hubungannya dengan situasi bernegara saat ini?
 
Konteksnya berbeda dengan masa kemerdekaan. Pada zaman itu kita punya tujuan yang sama sehingga semua elemen yang ada punya tujuan yang sama dan jelas yakni bagaimana melepaskan cengekeraman dari penjajah. Sehingga, pada saat itu toleransi berbagai tokoh elemen agama akan sangat tinggi dan mereka sangat memahami keberagaman. Seperti kutipan Gus Dur, alasan adanya Indonesia karena adanya keberagaman.

Realita politik pada masa kemerdekaan adalah keberagaman. Kalau mau merdeka ya bersama-sama, sehingga para tokoh agama maupun masyarakatnya sangat kuat pada saat itu.

Berbeda dengan sekarang. Tujuannya apa? Samar. Identitas kelompok jauh lebih kuat dan besar dari identitas kebangsaan. Ukhuwah Islamiyah-nya terlalu kuat tidak diseimbangkan dengan ukhuwah watoniyah (persaudaraan sebangsa setanah air). Karena itulah intoleransi di Indonesia meningkat. Karena tujuan bersamanya tidak kelihatan. Masing-masing punya kepentingan.    
 
Mengapa ketegangan antar umat beragama meningkat justru setelah reformasi?
 
Karena sekarang setiap orang boleh memiliki pemikiran berbeda dan tujuan bersamanya tidak kelihatan. Selain itu juga faktor globalisasi. Karena globalisasi membuat ideologi-ideologi dari manapun masuk dengan mudah ke Indonesia. Misalnya, Gus Mus sempat menyebut adanya Islam anyar seperti Hizbut Tahrir dan inilah salah satu pengaruh globalisasi. Kenapa disebut Islam anyar, karena mereka tidak terlibat dalam kemerdekaan.
 
Apakah Indonesia hari ini sudah ideal seperti yang diinginkan umat Islam, dan kelompok minoritas dalam Islam, atau kelompok minoritas agama lain?
 
Kalau kita bicara level ukhuwah wathoniyah tentu belum ideal jika ukuran itu dibandingkan dengan sosok pemimpin teladan Nabi Muhammad yang memimpin di tengah keberagaman umat. Untuk saat ini, Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia belum bisa mengayomi dan melindungi minoritas. Untuk itu perlu adanya sikap moderat atas berbagai kepercayaan dan keadilan. Misalkan, ketika keadilan ditinggalkan, kemudian harus menjadi negara Islam lah, itu kan sudah tidak adil  
 
Partai politik Islam belakangan kian turun popularitasnya, sementara semangat radikalisme Islam muncul di mana-mana. Mengapa ini bisa terjadi?
 
Radikal meningkat karena Indonesia sangat politik. Segala sesuatu di Indonesia politis. Indonesia sebagai negara tersandera dengan demokrasi prosedural. Politik kita masih dikuasai dengan kekuasaan, di negara kita politik masih dipengaruhi kekuasaan.

Di Indonesia itu sekarang politik kekuasaan yang diperjuangkan, bukan nasib rakyat. Kalau baca buku Gus Dur ada kutipan beliau yang menyebut, keputusan pemimpin harus mengacu pada kemaslahatan umat. Bukan memperjuangkan kekuasaan yang akibatnya kelompok radikal jadi kuat karena dia bisa menekan kepentingan politik itu tadi.

Contohnya ada pemilihan kepala daerah, maka kelompok radikal itu akan mengancam jika tidak diberi dukungan atas aksi mereka, maka mereka tidak akan mendukung kepala daerah tersebut. Contoh kasus kekerasan yang terjadi atas nama  agama sudah cukup banyak seperti Ahmadiyah, lalu kejadian di Kendal dan lain sebagainya.

Ini sudah sangat semrawut. Akibatnya banyak yang berbenturan dengan masyarakat umum karena masyarakat umum sudah terlalu muak dengan itu semua.
 
Dalam perspektif  Islam di Indonesia, masyarakat seperti apa yang Anda bayangkan di masa depan di negeri ini dalam hal keberagaman agama?
 
Masyarakat yang kita bayangkan adalah masyarakat yang sejahtera. Negara perlu melindungi dan mensejahterakan rakyatnya. Seperti catatan Muktamar NU tahun 1935 sebelum kemerdekaan RI. Kesimpulan dari Mukhtamar NU adalah tidak apa-apa bukan negara Islam asalkan umat Islam bisa menjalankan hak dan Syariat Islam dengan bebas dan sejahtera. Sebetulnya di situlah kita ambil prinsip dasarnya.

Syariat Islam tidak harus negara Islam. Karena Indonesia berawal dari kemajemukan dan keberagaman. Ini sebetulnya cita-cita kita bersama seperti piagam Madinah. Islam itu rahmatan lil alalmin (rahmat bagi semesta alam) bukan rahmat untuk kaum muslimin saja.
 
Apakah Pancasila masih relevan sebagai dasar Negara Indonesia?
 
Menurut saya sangat relevan. Jumlah penduduk  Indonesia makin banyak. Ada berbagai kultur di sini. Ada Arab, ada Amerika, dan tentunya kepentingan di negara ini pun banyak. Pancasila sangat dibutuhkan untuk mengatur semua kepentingan agar mendapat hak dan kewajiban yang sama. Namun tantangannya ada di angkatan kita generasi muda, untuk kembali pada Pancasila.

Ada perbedaan Pancasila jaman Orba dengan era Gus Dur. Saya ingat dua bulan lalu ada seorang pendeta yang saya lupa namanya,  beliau berbicara “Pak Harto bicara Pancasila dan Gus Dur juga bicara Pancasila. Bedanya, Pak Harto gunakan Pancasila untuk ideologi politik kalau Gus Dur menggunakan Pancasila untuk ideologi terbuka dan panggilan etik. “

Ilustrasi pengendara mobil mengambil karcis parkir.

Video Pengendara Motor Serobot Mobil yang Sudah Bayar Parkir Elektronik

Video yang direkam melalui dashcam mobil memperlihatkan aksi pengendara motor Vespa menyerobot parkiran elektronik, yang sudah dibayar oleh pengemudi mobil.

img_title
VIVA.co.id
23 Mei 2024