Krisis Petani di Negeri Agraris
Jumat, 7 November 2014 - 20:04 WIB

Sumber :
- VIVAnews/Dyah Ayu Pitaloka
“Jika reforma agraria dijalankan, tanah diberikan kepada petani, bank petani dibangun, penyediaan benih, pupuk, pasar rakyat dikembangkan dan pembatasan terhadap impor pangan dijalankan, kita yakin pertanian akan menjadi daya tarik,” ujarnya.
Baca Juga :
Sementara itu, KRKP meminta agar pemerintah menjadikan pertanian lebih menguntungkan. Untuk itu, pemerintah harus membatasi konversi lahan dan memprioritaskan lahan subur untuk pertanian.
Selain itu, harus ada insentif bagi petani. Pemerintah harus memastikan orang yang akan menjadi petani memiliki lahan. Karena, sebenarnya banyak yang ingin menjadi petani, namun tak memiliki lahan. Selain itu, pemerintah harus memberi dukungan teknologi yang ramah untuk anak muda.
Hari beranjak siang. Jam di tangan sudah menunjukkan angka 12.00. Ansori pun kembali turun ke ladang, melanjutkan pekerjaan panen jagung milik orang.
Ia hanya berharap, lahan sepetak miliknya tak tergadaikan untuk memenuhi tuntutan perut. Meski dia tidak tahu sampai kapan bisa bertahan, mengolah sawah warisan orang tuanya.
Anak sulungnya tak mau berkeringat, berpeluh, dan bergumul lumpur karena mencangkul di sawah. Harapannya hanya bertumpu pada anak bungsunya yang masih berumur enam tahun. Meski dia tak ingin memaksa anaknya mengikuti jejaknya.
“Ya terserah mau jadi apa, tapi kalau dilihat anaknya serabutan sepertinya bisa jadi tani. Daripada jadi buruh lain, sama-sama serabutan lebih baik jadi tani,” ujarnya. (art)